INDAHNYA PEMANDANGAN MATAHARI YANG AKAN TENGGELAM
Oleh: Yovi Nur Rohman M.Pd
Sahabatku sesama muslim, pernahkah kita menikmati pemandangan
matahari yang akan tenggelam? Indah bukan? Ini merupakan salah satu fenomena
alam dimana langit sore tampak kemerah-merahan karena sinar matahari yang
hampir hilang ditelan bumi, apalagi jika pemandangan itu kita nikmati ditepi
pantai di iringi dengan suara ombak yang tidak pernah berhenti, alangkah
indahnya pemandangan ini. Banyak sekali orang merasa damai ketika melihat
pemandangan ini, mereka menyempatkan waktu untuk menikmati pemandangan matahari
yang akan tenggelam ini. Bahkan di Bali ada salahsatu tempat wisata khusus untuk
melihat pemandangan matahari yang akan tenggelam. Terkadang ketika seseorang
memiliki banyak beban hidup atau masalah yang tidak pernah selesai mereka
menghilangkannya dengan melihat keindahan-keindahan alam dengan harapan
keindahan itu bisa menentramkan hatinya.
Sahabatku sesama muslim mari kita pejamkan mata sejenak, lalu kita
bayangkan bahwa kita sedang berada di tepi pantai yang indah dengan udara yang
sejuk, diiringi suara ombak yang seakan-akan bertakbir kepada Allah, kita
lepaskan semua beban hidup kita dengan menikmati pemandangan langit sore yang
kemerah-merahan, langit sore yang menggambarkan lukisan Allah yang sangat
indah. Ketika kita sudah menikmatinya dan terlena dengan kedamaiannya akan
muncul keinginan didalam hati bahwa “kita ingin terus dalam keadaan ini, ingin
terus menikmati kedamaian dan keindahan ini, kita tidak ingin keadaan ini
berganti, kita tidak ingin pergi dari tempat ini, ingin terus menikmatinya dan
melupakan semua beban hidup yang tidak pernah berhenti”.
Sahabatku sesama muslim, bukalah matamu dan renugnkanlah! ketika
banyak orang yang terlena dengan keindahan matahari yang akan tenggelam justru
sebagian dari kita ada yang menangis ketika melihat pemandangan matahari yang
akan tenggelam. Dikatakan ada seorang tokoh sufi yang berjalan melewati sebuah
pantai, kebetulan waktu itu adalah waktu magrib, waktu dimana matahari akan
tenggelam, waktu dimana pemandangan langit sore begitu indah menyilaukan mata.
Ketika si Sufi melihat pemandangan matahari yang akan tenggelam ini dia
merenung sebentar kemudian dia menangis sejadi-jadinya dia mengingat semua
dosa-dosanya yang pernah dilakukan. Pertanyaanya, kenapa seorang tokoh sufi
tadi menangis ketika melihat pemandangan matahari yang akan tenggelam?
Sahabatku sesama muslim, pernahkah kita merenungkan bahwa kehidupan
di dunia ini ibarat matahari yang akan tenggelam keindahannya hanyalah sebentar
mungkin hanya beberapa menit saja. Banyak orang yang tertipu dengan
kehidupan didunia yang hanya sementara sampai-sampai mereka lupa untuk
menghadapi kehidupan setelah mati. Banyak orang tertipu dengan keindahan
didunia ini seperti halnya mereka tertipu dengan pemandangan matahari yang akan
tenggelam, mereka lupa bahwa keindahan matahari yang akan tenggelam hanyalah
sebentar, keindahan matahari yang akan tenggelam hanya dalam hitungan menit
saja, mereka tidak memikirikan apa yang terjadi setelah matahari tenggelam,
yang ada hanyalah kegelapan. Bagaimana seseorang itu bisa berjalan dikegelapan
malam tanpa membawa sebuah lentera? Bagaimana seseorang itu bisa menjalani
kehidupan setelah mati tanpa membawa bekal berupa taqwa? Hal inilah yang
menjadi alasan kenapa seorang tokoh sufi tadi justru menangis ketika melihat
keindahan matahari yang akan tenggelam dia tahu bahwa Allah sedang
menasehatinya bahwa kehidupan didunia hanyalah sementara jangan sampai kita
terlena dengan keindahannya dan terus menerus bermaksiat kepadanya. Allah
mengajarkan kita untuk memikirkan ayat-ayatnya yang ada di alam, termasuk
pemandangan matahari yang akan tenggelam, sesungguhnya didalam pergantian siang
dan malam ada tanda-tanda bagi mereka yang mahu mengambil pelajaran. Hal ini
sesuai dengan firman Allah. QS. Ali-Imron 190-191
إِنَّ
فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ
لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا
وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ
رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Sahabatku sesama muslim, hidup didunia ini hanyalah sementara,
hidup didunia ini ibarat sebuah permainan dan senda gurau belaka lalu apakah
kita masih terus-terusan melakukan maksiat kepada Allah? Masihkah kita bangga
dengan maksiat-maksiat yang kita lakukan setiap hari?
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ
إِلَّا لَعِبٞ وَلَهۡوٞۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۚ
أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٣٢
32. dan Tiadalah
kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah
kamu memahaminya?
Dalam ayat ini dan ayat-ayat lain Allah mengajarkan kepada kita
bahwa kehidupan dunia itu hanyalah senda gurau belaka maksudnya, kehidupan
didunia ini hanyalah sementara, kehidupan dunia hanyala tempat untuk bercocok
tanam (addunya mazroatul akhirat). Jika selama didunia kita menanam bibit-bibit
yang baik maka kita akan memanennya kelak diakhirat, akan tetapi jika selama di
dunia kita menanam bibit-bibit yang buruk maka ketika diakhirat tidak akan
mendapatkan apa-apa melainkkan hanya penyesalan dan kerugian. Terkadang kita
tertipu dengan keindahan dunia sampai-sampai kita lupa untuk mempersiapkan diri
menghadapi kehidupan yang sebenarnya, banyak diantara kita yang tahu mana yang
baik dan mana yang buruk mana yang halal dan mana yang haram akan tetapi justru
memilih keburukan dan sering bermaksiat kepada Allah. Banyak orang yang menghalalkan
segala cara demi mendapatkan kesenangan dunia yang hanya sementara. Mereka lupa
bahwa sekiranya mereka berhasil mengumpulkan harta setinggi gunung niscaya
tidak sepeserpun hartanya yang akan dibawa mati, hanya kain kafan sajalah dari
hartanya yang bakalan dikubur bersamanya. Didalam kitab Nashoihul Ibad diriwiyatkan
dari Abdurrahman bin Athiyyah bahwasannya Sulaiaman Ad-Dharani Rodiyallahuanhu
pernah berdoa kepada Allah“ya ilahii lain tholabtani bidanbi laatlubannaka
biafwika, walain tholabtani bibuhli laatlubannaka bisahoika walain adkholtani
an naro laahbartu ahlannari bianni uhibbuka”.
“Ya Tuhanku apabila engkau
menuntutku atas dosa-dosaku, akupun akan menuntutmu atas ampunanmu, apabila
engkau menuntutku atas kebhakilanku akupun akan menuntutmu atas sifat
kedermewananmu dan apabila engkau memasukkanku kedalam nerakamu, akan aku
kabarkan kepada penduduk neraka bahwa sesungguhnya aku sangat mencintaimu”
No comments:
Post a Comment