DINASTI MAMLUK
PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN
Makalah
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah
Peradaban Islam
Dosen
Pengampu:
Dr. H.
Muhammad Hadi Masruri, M.A.
Pemakalah:
SULFIYA
(16771020)
Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim
Malang Jawa Timur 2017
Dinasti Mamluk di Mesir
Kemajuan Dalam Bidang Ilmu
Pengetahuan
A. Pendahuluan
Menjelang baghdad
hancur dan perang salib angkatan ke tujuh pada tahun 1248- 1254 dipimpin oleh
Louis IX berusaha menggempur mesir dan mulai menduduki dimyat pada tahun 1249
M, sultan yang berkuasa dimesir adalah malikus shaleh ayyubiyah sedang sakit,
dan kemudian meninggal 1249 M. maka dari itu kekuasaan sementara dipegang oleh
permaisurinya sajaratud dur.[1]
Sajaratud dur memberikan kekuasaan kepada tauron syah untuk menduduki tahta.
Namun tauron syah tidak menghargai usaha ibu tirinya dan ingin menyingkirkan
ibu tirinya. Oleh karena itu sajaratud dur meminta bantuan kepada kaum mamluk,
sehingga terjadilah kudeta yang akhirnya mengalahkan tauron syah. Untuk
diakuinya kekuasaannya maka sajaratud dur mengawini izzuddin aibak pemimpin
mamluk yang dilimpahi menjadi raja antara tahun 1250- 1257.[2]
Diantara beberapa
dinansti yang bisa bertahan pada masa dinasti abbasiyah adalah dinasti mamluk.
Dinasti mamluk merupakan dinasti terakhir di zaman klasik dari tanah arab. Dari
beberapa dinasti yang selamat dari tentara mongol adalah dinasti mamluk.
Dinasti mamluk
didirikan oleh para budak yang pada mulanya adalah /orang- orang yang ditawan
oleh penguasa dinasti ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan
tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari
masyarakat. Oleh penguasa ayyubiyah yang terakhir mereka dijadikan pengawal
untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Mereka ditempatkan dipulai raudhah
disungai nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan, maka karena itu
mereka dikenal dengan julukan mamluk bahri( laut).[3]
Kerajaan mamluk ini dibagi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Pertama
dianamakan mamluk bahri (648- 792 H/1250- 1389 M) dan kedua dinamakan mamluk
burji (792- 923H/ 1389- 1517 M).[4]dinasti
mamluk merupakan salah satu dinasti yang berkuasa sangat lama yakni sekitar
sekitar dua abad lebih. Lamanya kekuasaan mereka dalam memegang kekuasaan,
banyak prestasi yang dinasti mamluk lakukan. Salah satunya adalah berkembangnya
ilmu pengetahuan dimasa itu.
Walaupun dinasti ini
berdiri bermula dari budak- budak yang dimerdekakan, tetapi mereka juga
mempunyai peran yang sangat andil terhadap sumbangsinya pada islam salah satunya
adalah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa dinasti mamluk. Pada
masa dinasti mamluk banyak para ilmuan yang muncul, baik itu para ilmuan agama
maupun para ilmuan lainnya.
Perkembangan ilmu
pengetahuan berkembang disebabkan karena jatuhnya Baghdad yang menjadi pusat
pemerintahan dan kebudayaan islam di timur ketangan bangsa mongol yang bukan
penganut islam menyebabkan terhentinya perkembangan ilmu pengetahuan di daerah
itu. Orang- orang islam terutama para ilmuan yang dapat melepaskan diri
berusaha mencari tempat berlindung yang lebih aman. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan di timur beralih dari baghdad ke mesir sebagai tempat
perkembangannya, dengan beralihnya mereka ke mesir maka ilmu banyak berkembang
di mesir seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu agama.[5]
Berdasarkan pemaparan
diatas maka pemakalah dalam hal ini akan membahas tentang kemajuan atau
prestasi yang telah diraih dinasti mamluk khususnya dalam bidang ilmu
pengetahuan.
B. Pembahasan.
Sebelum menjelaskan
perkembangan ilmu pengetahuan, maka disini akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai wilayah- wilayah atau daerah yang pernah ditaklukkan dan menjadi
wilayah kekuasaan mamluk, karena dengan mengetahui daerah kekuasaan mamluk,
maka akan mengetahui pula perkembangan ilmu pengetahuan dan para cendekiawaan
yang muncul pada masa dinasti mamluk.
1. Wilayah Kekusaan
Mamluk
Raja pertama dari kerajaan dinasti Mamluk yaitu Aybak (1250- 1257)[6]
melakukan konsolidasi atas seluruh wilayah kerajaan, dan mengamankan daerah
perbatasan. Ia menghabiskan sebagian waktunya untuk melakukan peperangan di
Suriah, Palestina dan Mesir. Selanjutnya pemerintahan mamluk di pegang oleh
Quthuz (1259- 1260).[7]
Pada saat itu panglima yang membantu Quthuz adalah baybar yang kemudian
berhasil menaklukkan Aleppo. Kemudian
kekuasaan dinasti mamluk dipegang oleh baybar (1260- 1277), ia melakukan
ekspedisi terakhir ke uatara suriah dan disana ia menghancurkan kekuasaan
hasyasyin, selain itu para jendral juga berhasil meluaskan kekuasaan ke bagian
barat wilayah suku barber dan selatan wilayah nubia. Dengan di kusainya syriah,
maka bayabar membangun kembali angkatan laut dan memperkuat benteng suriah.
Tidak hanya hanya hal itu ia juga membangun kanal dan memperbaiki pelabuhan
serta menghubungkan kairo dan damaskus dengan layanan burung pos. tidak hanya
itu baybar juga membangun tempat umum, yaitu mempercantik masjid yaitu masjid
agung pada tahun 1269 di kairo dan damaskus serta membangun sekolah. Selain
sekolah baybar juga membangun perpustakaan di Damaskus.[8]
Selain penaklukkan terhadap nama- nama daerah yang telah disebutkan di
atas dinasti mamluk juga berhasil menaklukkan Tripoli di bawah kepemimpinan
Qallawun (1279- 1290). Qallawun juga mendirikan beberapa benteng pertahanaan di
Aleppo, baklabak dan damaskus. Selain hal tersebut yang dilakukan Qallawun
adalah membangun sebuah rumah sakit di kairo, yang tersambung dengan satu
masjid- sekolah pada tahun 1284, serta sebuah komplek kuburan bangsawan. Rumah
sakit tersebut juga dilengkapi raung laboratorium, apotik dimana kepala staf
medis rumah sakit ini memberikan intruksi di dalam sebuah raung pengajaran yang
cukuo lengkap. Pengganti qallawun selanjutnya adalah Khalil (1290- 1293) yang
berhasil menaklukkan Akka pada mei 1291. Tetapi pemerintahan Khalil tidak lama
yang kemudian di lanjutkan al- Nashir (1293- 1294. 1298- 1308 dan 1309- 1340),
ia bkerhasil menaklukkan libanon, pada
tahun 1302 al- Nashir berhasil menghancurkan pulau kisruh yang dihuni oleh
bangsa Armenia.[9]
Pada masa pemerintahan al- Nashir juga dibangun masjid sebanyak tiga
puluh diseluruh pelosok kerajaannya pada tahun 1318, membangun sekolah pada
tahun 1304, sesuai dengna namanya yaitu al- Nashiriyah di kairo. Didirikan
masjid yang bernama masjid sultan al- Hasan yang selesai pada tahun 1362 yang
didirikan oleh anak al- Nashir.[10]
Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini disebut Bahri. Mereka
kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka memerintah Mesir dan
Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382 M. Setelah tahun 1382 M, kelompok Mamluk lainnya berkuasa
dan mendirikan dinasti yang disebut Burj. Mereka kebanyakan merupakan orang
Circassia. Tidak banyak terjadi peperangan pada masa dinasti Burj, namun mereka
tetap merupakan pasukan yang tangguh, contohnya pada tahun 1426 M, Mamluk
menaklukan pulau Siprus, pada tahun 1440 M mereka menyerang Rhodes meskipun
gagal menguasainya.[11]
Berdasarkan keterangan penjelasan daerah kekuasaan dinasti mamluk, dimana daerah
tersebut tidak hanya di taklukkan tetapi juga di beri fasilitas umum seperti
sekolah, rumah sakit, masjid dan lain- lain. Dimana tempat- tempat umum tersebut seperti masjid, dan rumah sakit
tidak hanya di fungsikan sebagaimana fungsinya, tetapi laboraturium, masjid dan
rumah sakit juga digunakan sebagai temapat belajar dan praktik. Melihat uasaha
para penguasa dinasti mamluk dalam memberikan fasilitas umum kepada rakyat,
membuktika peran para penguasa dalam mengembangkan dan memajukan perkembangan
ilmu pengetahuan. Hal itu bisa dilihat dari bukti perkembangan ilmu pengetahuan
pada masa dinasti mamluk, sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Meskipun puncak peradaban Islam terjadi pada masa Daulah Abbasiyah,
khususnya masa Khalifah al-Ma’mun, namun pengaruhnya mulai terasa justru
setelah masa khalifah al- Ma’mun dan pasca kemunduran Daulah Abbasiyah itu
sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan dua hal. Pertama, kemunculan ilmuwan-ilmuwan
besar Muslim dalam berbagai bidang, seperti al-Farabi dalam bidang Filsafat,
Ibn Sina (Avecina) dan al-Razi dalam bidang filsafat dan kedokteran,
al-Khawarizmi dalam bidang Matematika dan ilmuwan yang lainnya terjadi pasca
lemahnya Daulah Abbasiyah di Baghdad, Irak. Kedua, dinasti- dinasti islam yang
memerdekakan diri dari Daulah Abbasiyah pada abad ke-9 dan 10 M, seperti Dinasti
Buwaihi, Idrisiyah, Fatimiyah, Thulun, Samaniyah dan yang lainnya memiliki pusat-pusat
pendidikan dan keilmuan, baik sekolah ataupun perpustakaan, yang dapat
menyambung dan melanjutkan kemajuan keilmuan pada masa daulah abbasiyah sampai
abad pertengahan, ketika daulah abbasiyah jatuh ke tangan bangsa mongolia.
Sejak kemunculan daulah fatimiyah di afrika utara, kegiatan intelektual,
semangat mengoleksi buku- buku kepustakaan, dan pendirian pusat-pusat
pendidikan tumbuh subur di dunia islam. Pembangunan masjid jami’ al-azhar,
khazain al-qushur dan dar al-hikmah, menjadi cikal-bakal perkembangan keilmuan
melalui Universitas al-azhar dan Perpustakaan dar al-hikmah, yang menyaingi
bahkan mengungguli bait al-hikmah di baghdad, iraq.[12]
Pada tahun 1167 shalahuddin al- ayyubi mengambil alih kekuasaan fathimiyah, ia
tidak menghancurkan kairo yang dibangun oleh fathimiyah, melainkan dengan penuh
antusias. Ia membangun sekolah, masjid, rumah sakit, sarana, rehalibitasi
penderita sakit jiwa dan tempat- tempat social lainnya. Pada tahun 1250 delapan
tahun sebelum Baghdad diratakan dengan tanah oleh hulagu khan, kekuasaan
dinasti ayyubiyah diambil alih oleh kalangan keturunan turki pegawai istana
para budak yang disebut mamluk.[13]
Dalam bidang ilmu pengetahuan, mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-
ilmuan asal baghdad dari serangan mongol. Disamping itu mesir dengan perguruan
tingginya al- azhar serta perpustakaan dar al- hikamahnya yang selamat dari
penghancuran serangan tentara mongol (perpustakaan bait al- hikmah Baghdad
hancur setelah serangan mongol, perguruan tinggi Toledo dan cordova andalus
diambil alih oleh bangsa eropa) menyebabkan kesinambungan ilmu zaman klasik
tetap berkembang di mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika
dan ilmu agama. Mesir menjadi pusat peradaban islam yang berintikan kebudayaan
arab.[14]
Berkembangnya ilmu pengetahuan di mesir karena para penguasa dinasti mamalik
tidak menolak kehadiran mereka. Para penguasa dinasti mamlukpun memberikan
dukungan terhadap segala kreativitas, akhirnya ilmu pengetahuan dan peradaban
islam berkembang di mesir.[15]
3. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Pada Masa Dinasti Mamluk
Setelah Baghdad hancur dan kekuasaan Abbasiyah runtuh, maka ibu kota
alam Islami berpindah ke Kairo, Mesir. Begitu juga pusat pendidikan dan
pengajaran berpindah pula ke kairo, ke jami’ al-azhar. Pada masa sultan
Baybars,Al-Azhar mengalami peningkatan yang gemilang, menjadi pusat ilmu
pengetahuan, terutama ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Mesir pada masa itu
adalah masa keemasan dalam sejarahnya. al-azhar masa itu dikunjungi oleh ulama-
ulama dan pelajar- pelajar dari seluruh dunia, sebagaimana halnya kota Baghdad
dahulu.
Masa Mamluk adalah masa mengarang matan-matan yang pendek dan mengarang
syarahnya. Ulama meringkas kitab- kitab lama yang panjang, sehingga menjadi
ringkas seringkas-ringkasnya, yang disebut matan. Maka lahirlah kitab-kitab
pendek (mukhtashar) dalam ilmu fiqhi, nahwu, sharaf, balaghah dan lain- lain.
Akhirnya matan- matan tersebut dikumpulkan menjadi satu buku besar bernama
majma’ matan, yang lebih ahli dalam meringkaskan dan mengarang matan-matan itu
adalah ulama syafiiyah, diantara matan- matan itu juga ada yang berupa syair.
Tujuan dibuatnya matan-matan tersebut adalah agar pelajar mudah menghafalnya.
Adapun ilmuan dan ilmu- ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa
dinasti mamluk diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Ilmu-ilmu keislaman dengan beberapa
tokohnya sebagai berikut:
1) Ibnu Taymiyah (1263- 1328) yang
dikenal sebagai reformer pemikiran Islam yang bermadzhab Hambali.
2) Jalaluddin As-Suyuthi lahir 1445 (849H), wafat 1505 (911H)) adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir. dengan karya
monumentalnya di bidang ulumul Qur’an yaitu al-Itqan fi Ulum al-Qur‘an.
3)
Ibnu
Hajar al-Asqalani (1372- 1449) yang termasyhur dalam bidang penulisan ilmu
fiqih dan hadis.[16]
b. IImu-ilmu Semesta
1) bidang kedokteran
dalam bidang kedokteran pada masa Dinasti Mamluk dengan para
tokohnya Ibnu Nafis yang oleh pengagumnya digelari the second avisenna (
ibnu sina kedua) karena reputasinya sebagai seorang dokter yang terkemuka dan
seorang penulis yang serba bisa pada abad VII H/ XIII M.[17] Nama lengkap
ibnu nafis adalah Ala-al-din abu Al-Hassan Ali bin Abi-Hazm al-Qarshi
al-Dimashqi, yang dikenal sebagai Ibn al-Nafis lahir pada tahun 1213 di
Damaskus. Dia hadir di Rumah Sakit Medical College ( Bimaristan Al-Noori) di
Damaskus. Selain obat-obatan, Ibn al-Nafis belajar ilmu hukum, sastra dan
teologi. Ia menjadi seorang ahli di sekolah hukum syafi’i dan ahli dokter. Pada
tahun 1236 ia pindah ke mesir. Dia bekerja dirumah sakit Al- Nassari, dan
kemudian di rumah sakit Al- Mansuri, disana ia menjadi kepala dokter dan dokter
pribakdi sultan. Ibnu Nafis meninggal pada 17 desember 1288 ( umur 74- 75 ) di
kairo.[18]
Ia menjadi dokter pribadi sultan Baybars sambil membimbing muridnya disana.
Salah satu muridnya yang terkenal adalah ibnu al- kuh, penulis sebuah buku tentang
ilmu bedah. Ketika ia meninggal ia mewariskan rumah, kekayaan, dan buku- buku
kepada krumah sakit mansuri yang dibangun oleh sultan qallawun. Diantara karya-
karyanya adalah sebagai berikut, kitab as- syamil fi at- thib, sebuah
ensoklipedia kedokteran lengkap yang terdiri dari kurang lebih 27.000 folio yang
tersebar dalam 8 jilid tebal, Kitab al- muhadzadzab fi al- kuhl, sebuah
buku yang mencakup hampir seluruh cabang ilmu kedokteran arab pada waktu itu.
Buku ini banyak digunakan oleh penulis kedokteran dikemudian hari, Mujiz al-
qanun, sebuah intisari lengkap buku qanun ibnu sina, kecuali masalah
anatomi ( ilmu urai tubuh) dan fisiologi ( ilmu fa’al tubuh) yang tidak
termasuk di dalamnya. Buku ini juga merupakan sebuah manual buku ( buku pegangan) singkat mengenai
seluruh bagian ilmu kedokteran yang diperuntukkan terutama bagi para dokter
praktik, Buku yang di dalamnya menjelaskan teori tentang sirkulasi darah yaitu the
lesser or pulmonary circulation of thae blood.[19]
Syarh tasyrih al- qanun, di dalamnya ia memaparkan konsepsi yang jelas
tentang fungsi paru- paru sebagai sirkulator darah. Karya ini ditulis dua setengah
abad sebelum penulis spanyol, Servetus mempublikasikan penemuannya dalam bidang
yang sama. Selain ibnu nafis ilmuan dokter yang lahir pada
dinasti mamluk adalah
(a) Abu
Bakr Ibn Al- Mundzir Al- Baythar (wafat 1340). Dengan judul bukunya kamil
al- shina’atain: al- baytharah wa al zartaqah yang didedikasikan untuk
putra Qallawun Al- Nashir.
(b) Selain
itu ada beberapa karya tradisi islam tentang kuda pembiak yang bagus, adapun
karya bukunya berjudul fadhl al- khayl yang ditulis oleh Abd Al- Mu’min
Al- Dimyathi ( wafat 1306) seorang dosen pada akademi Manshuriyah Qallawun.[20]
(c) Minhaj al-Dukkan
wa Dustur al-A’yan (Pedoman tentang Obat-obatan dan Aturannya untuk Para Bangsawan) karya
seorang ahli farmasi Yahudi Mesir, al- kuhin (sang pendeta) al- attar (sang
ahli obat), disusun pada tahun 1260 M.
(d) Mujarrabat (Percobaan Pengobatan), karya Abu Fadha’il ibn
al-Naqid tentang Optamologi (ilmu optik).
(e)
Nur al-‘Uyun wa Jami’ al-Funun (Cahaya Mata dan Ikhtisar Disiplin Ilmu), karya Shalah
al-Din ibn Yusuf yang membuka praktik kedokteran di Hamah pada tahun 1296.
(f)
Uyun al-Anba’ fi Thabaqat al-Athibba’ (Sumber Rujukan tentang Tingkatan Para Dokter), karya
Muwaffaq al-Din abu al- abbas ahmad ibn abi ushaybi’ah (1203- 1270). Yang hidup
di Damaskus pada awal peroide mamluk. Ia belajar kedokteran di tempat
kelahirannya dan di kairo. Karya beliau menghimpun sebanyak 400 biografi ahli
medis arab dan yunani secara terperinci.
2)
Bidang sejarah
dan geografi
a)
Abu Fida,
seorang ahli geografi dan sejarah yang lahir di Damaskus pada tahun 672 H/
1273- 1332 M, sebagai keturunan ayyub. Pada tahun 1298 M, menjadi pegawai
sultan mamluk malik an- nasir muhammad ibn qolawun. Kemudian diangkat menjadi
gubernur di hamamah. Adapun karya- karyanya adalah sebagai berikut:
(1) Mukhtasir tarikh al- basyar, sebuah buku
sejarah universal, mencakup pra islam dan sejarah islam sampai tahun 1329 M.
(2) Takwil Al- Buldan, sebuah deskripsi geografis
yang dilengkapi sejumlah data dalam bentuk tabel- tabel, matematika dan fisika.
Buku ini lalu dilengkapi tahun 1321 M. Data yang disajikan berasal dari
terjemahan bahasa arab dan hasil analisis dari karya ptolomeus pada abad 10 M
oleh albiruni inb said al- maghribi kitab al- atwal.[21]
b)
Ibnu Khaldun (
1406) yang menyandang gelar guru besar sejarah dan menjabat sebagai hakim
tinggi pada masa sultan barquq, juga memimpin sebuah delegasi dibawah sultan
faraj untuk menegosiasikan perdamaian dengan timurlenk di damaskus. Adapun buku
karangan ibnu khaldun yaitu filsafat sejarah (philosophy of history), muqaddimah
dan kitab sejaorah alam semesta.
c)
Ibnu Taghri Birdhi,
seorang ilmuan yang memiliki hubungan erat dengan beberapa sultan. Adapun
karyanya berjudul al- nujum al- zhahirah fi muluk mishr wa al- qahirah ,
sebuah sejarah tentang mesir dari periode penaklukan bangsa arab sampai 1453.
d)
Jalal Al- Din
Dl Suyuthi ( 1445- 1505), adapun kitab yang ia karang berjudul seorang ulama yang produktif menulis, baik di bidang tafsir maupun sejarah
(bukunya antara lain al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an; tentang ilmu
tafsir, husn al- muhadharah fi akhbar mishr wa al- qahirah, sebuah
karya tentang sejarah mesir.
e)
Taqiy Al- Ain
Ahmad Al- Maqrizi (1364- 1442). Ia lahir di kairo dari keturunan baklabak. Ia
pernah menduduki jabatan penting sebagai wakil qadhi dan sebagai
pengajar di kota asalnya dan dimaskus. Karyanya berjudul al- mawa’izh wa al-
i’tibar fi dzikr al- khithath wa al- atsar yang berisi tentang topografi
orang mesir, sejarah dan keunikannya.
f)
Ahmad Al- Qalqasyandi
(1418) penulis buku shubh al- a’sya, yang dimaksudkan sebagai pedoman untuk
para pejabat sekretaris kantor pemerintahan dan yang sarat dengan fakta- fakta
sejarah dan geografi terutama tentang mesir dan suriah.
g)
Syams Al- Din
Ahmad Ibn Muhammad Ibn khallikan yang lahir di irbil (arbela) pada tahun 1211.
Ia dididik di aleppo dan damaskus. Adapun judul bukunya dalah wafayat al- a’yan
wa anba’ abna al- zaman. Ia wafat pada tahun 1282.[22]
Berdasarkan
penjelasan tentang perkembangan ilmu dan munculnya para ilmuan pada masa
dinasti mamluk, bahwasanya pada masa era mamluk banyak ilmuan yang muncul.
Kemunculan para ilmuan pada masa dinasti mamluk, berdasarkan penjelasan di atas
tidak hanya dari mamluk itu sendiri, tetapi para ilmuan tersebut banyak yang
berasal dari luar daerah mesir, sebagai contohnya adalah ibnu nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus. Ia menjadi
seorang ahli di sekolah hukum syafi’i dan ahli dokter. Pada tahun 1236 ia
pindah ke Mesir. Dia bekerja dirumah sakit Al- Nassari, dan kemudian di rumah
sakit Al- Mansuri, disana ia menjadi kepala dokter dan dokter pribadi sultan. Ia
menjadi dokter pribadi sultan Baybars. Walaupun ibnu nafis berasal dari daerah
lain, tetapi ia juga ikut andil dalam kerajaan dinasti mamluk, yaitu ia menjadi
dokter pribadi sultan baibars. Selain ibnu nafis para ilmuan lainnya yan ikut
andil dalam pemrintahan dinasti mamluk adalah abd al-
mu’min al- dimyathi ( wafat 1306), ia adalah seorang dosen pada akademik
manshuriyah qallawun dan ia juga menulis buku tentang kuda, di karenakan pada
saat itu para penguasa dinasti mamluk seperti Qallawun dan Barquq suka
memelihara kuda pembiak.
Selanjutnya adalah seorang ilmuan penulis biografi muslim yang bernama
Syams Al- Din
Ahmad Ibn Muhammad Ibn Khallikan yang lahir di Irbil (Arbela) pada tahun 1211.
Ia dididik di Aleppo dan Damaskus. Pada tahun 1261, yakni pada masa
pemerintahan raja zhahir bibaris yang memerintah pada tahun 1259- 1277, ia diangkat sebagai kepala qadhi suriah
yang kantornya terletak di damskus. Dimana ia menduduki jabatan ini, dengan
satu kali interval selama tujuh tahun, hingga beberapa saat sebelum ia wafat
pada tahun 1281. Dalam bidang sejarah juga muncul ilmuan yang terkemuka yaitu
abu al- fida yang lahir di damaskus pada tahun 672 H/ 1273- 1332 M, sebagai
keturunan ayyub. Yang bertepatan pada masa kekuasaan qallawun. Pada tahun 1298
M, menjadi pegawai sultan mamluk malik an- nasir muhammad ibn qolawun. Kemudian
diangkat menjadi gubernur di hammah.
Selanjutnya
Ibnu Taghri Birdhi (wafat 1470) yang menduduki jabatan jabatan tinggi di istana
mamluk, dan seperti ibunya seorang budak turki milik Barquq. Ia memiliki
hubungan yang erat dengan dengan beberapa sultan. Ibnu khaldun ( 1406) yang
menyandang gelar guru besar sejarah dan menjabat sebagai hakim tinggi pada masa
sultan barquq, juga memimpin sebuah delegasi dibawah sultan faraj untuk
menegosiasikan perdamaian dengan timurlenk di damaskus. Adapun buku karangan
ibnu khaldun yaitu filsafat sejarah (philosophy of history), muqaddimah dan
kitab sejaorah alam semesta. Sejarawan terkemuka pada masa dinasti mamluk yaitu muncul ilmuan yang bernama Taqiy al- din
ahmad al- maqrizi (1364- 1442). Ia lahir di kairo dari keturunan baklabak. Ia
pernah menduduki jabatan penting sebagai wakil qadhi dan sebagai
pengajar di kota asalnya dan damaskus.[23]
4.
Kitab-kitab
pelajaran di Al-Azhar pada masa Dinasti Mamluk
Adapun kitab-
kitab yang dipelajari di al- azhar pada masa dinasti mamluk antara lain adalah
sebagai berikut: Kitab Hadits yang enam (al-Bukhari, Muslim, Abu Daud,
At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dan Musnad Ahmad dan Syafi’i. Umdatul Ahkam
(Hafiz Abdul Ghani). Syuzur az-Zahab (Ibnu Hisyam), Jam’ul Jawami’, Al-Badrul
Munir, As-Syarhul Kabir (ar-Rafi’i), Al-Minhaj (An-Nawawi), Hadits Arbain,
Al-Waraqat (Ushul), Al-Lamhatul Badriyah (Nahwu).
5.
Sistem
Pengajaran
Sistem
pengajaran pada masa Mamluk ialah dengan menghafal matan-matan, meskipun
murid-murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan Ajrumiyah, matan
Taqrib, matan Alfiyah, matan Sullan dan lain-lain. Setelah murid-murid
menghafal matan-matan itu barulah mereka mempelajari syarahnya, kadang-kadang
serta hasyiahnya. Dengan demikian pelajaran bertambah berat dan bertambah sulit
untuk menghafalnya. Selain itu, juga diterapkan sistem praktikum untuk
praktikum kimia dan kedokteran.[24]
6.
Pusat- Pusat
Ilmu Pengetahuan Dinasti Mamluk
Adapun pusat-
pusat imu pengetahuan pada masa dinasti mamluk adalah sebagai berikut:
a.
Kuttab atau
maktub berasal dari kata kataba yang berari menulis atau tempat menulis. Namun
akhirnya memiliki pengertian sebagai lembaga pendidikan dasar.
b.
Pendidikan
rendah di istana, lembaga pendidikan ini diperuntukkan bagi anak- anak pejabat
istana. Para pejabat tersebut memanggil guru- guru khusus untuk memberikan
pendidikan kepada anak- anak mereka.[25]
c.
Masjid, di
antaranya adalah masjid yang besar di Husainiyah bernama Jami’ Az-Zahir.
d.
Madrasah,
dalam madrasah diajarkan ilmu fiqhi dalam empat madzhab.
e.
Perpustakaan,
berisi berbagai macam kitab dalam berbagai ilmu pengetahuan.
f.
Rumah sakit, dibangun
oleh Qallawun yang terdapat bilik untuk tempat praktikum kimia dan alat-alat
kedokteran.
g.
observatorium,
sebagai pusat penelitian.
h.
Jami’ Al-azhar,
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam, memelihara dan mengembangkan
syariat Islam dan bahasa arab selama zaman pertengahan. Salah satu anak Sultan
an-Nashir bernama Sultan Hasan, mendirikan madrasah yang besar yang termasyhur
sampai sekarang, yaitu Jami’ Sultan Hasan.
Selain itu,
banyak juga sultan-sultan mamluk yang mendirikan bangunan-bangunan besar,
masjid-masjid dan madrasah-madrasah seperti, Barquq, ia mendirikan
gedung-gedung besar dan madrasah besar yang termasyhur sampai sekarang dengan
nama Jami’ Barquq, Al-Muaiyad Syekh, ia mendirikan masjid yang besar bernama
Jami’ Al-Muaiyad, Qayutbai (873-902 H/ 1468-1496 M), ia membangun masjid-masjid
dan madrasah-madrasah, serta benteng-benteng dan jalan-jalan raya, di antara
bangunannya yang termasyhur ialah Jami’ Qayutbai, Al-Ghuri (906-922 H/
1501-1516 M), ia juga banyak membangun gedung-gedung, di antaranya Jami’
Al-Ghuri dan madrasah Al-Ghuriyah.
Pada masa
Dinasti Mamluk, madrasah-madrasah bertambah banyak. Kebanyakan didirikan oleh
sultan-sultan dan setengahnya didirikan oleh orang-orang kaya. Menurut riwayat,
bahwa madrasah-madrasah di Mesir pada masa ini berjumlah 45 madrasah dan jumlah
seluruhnya 70 madrasah beserta wilayah-wilayah lain.[26]
7.
Faktor
Berkembangnya Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Mamluk
Adapun faktor berkembangnya ilmu
pengetahuan pada masa dinasti mamluk diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Kemajuan ilmu
pengetahuan pada masa dinasti Mamluk disebabkan oleh jatuhnya Baghdad yang
mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan
demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan,
melanjutkan kedudukan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh bangsa
Mongol.
2.
Di mesir para ilmuan tersebut memperoleh perlindungan dan kehidupan yang
terjamin sehingga ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat,
seperti dalam bidang ilmu sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu
agama. Ketika para ulama Baghdad kehilangan semangat
pintu ijtihad dan lari ke dunia tasawuf dan tarekat dan umat hidup
dalam taqlid, maka di wilayah Mesir yang dikuasai dinasti Mamluk
bermunculan ulama-ulama besar. Ulama-ulama tersebut antara lain Ibnu Taimiyah
(1263-1328), penganjur kemurnian ajaran Islam untuk kembali pada al-Qur’an dan
Hadis dan membuka pintu ijtihad; Jalaluddin al-Suyuti, seorang ulama yang
produktif menulis, baik di bidang tafsir maupun sejarah.[27]
3.
Dinasti mamluk
juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek di
datangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang
indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah
rumah sakit, museum, perpustakaan, Villa, makam, kubah dan menara masjid.[28]
C.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas bahwasanya ilmu
pengetahuan pada masa dinansti maluk juga mengalami kemajuan, walaupun kemajuan
atau prestasi tersebut tidak semenonjol pada masa dinasti abbasiyah. Dinasti
mamluk melanjutkan tradisi keilmuan pada masa dinasti fathimiyah. Mereka
mengembangkannya sehingga pada masa dinasti mamluk banyak juga para ilmuan yang
muncul, karena hal itu maka dinasti mamluk juga dikatakan sebagai dinasti
penyelamat peninggalan klasik dinasti sebelumnya. Walaupun dinasti mamluk
aslinya berasal dari seorang kalangan budak, mereka dapat membuktikan bahwa
mereka juga bisa, hal itu dibuktikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Adapun ilmuan- ilmuan yang muncul pada saat dinasti mamluk dan ikut andil dalam
pemerintahan mamluk diantaranya adalah seorang dokter yang dikatakan sebagai
avisena kedua yaitu ibnu nafis, abd al- mu’min
al- dimyathi Syams al- din ahmad ibn muhammad ibn khallikan, abu al-
fida, Ibnu taghri birdhi, Ibnu khaldun.
Daftar Pustaka
Hitti, Philip K, 2013, history of
tha arabs, terj R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta.
Kusdiana, Ading, 2013, Sejarah
Dan Kebudayaan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.
Manshur, Fadlil munawwar dinasti,
mamluk dan perang salib perspektif historis.
Mundzirin Yusuf, Peradaban
Dinasti Mamluk Di Mesir, ThaqafiyyaT Vol. 16, No. 2, Desember 2015.
Nur Farida, Dinasti Mamluk: Sumbangannya Terhadap Islam, Tribakti,
Volume 19 No. 2. 1 Juli 2008.
Nurul hak, Penyebarluasan Buku,
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Dan Dakwah Dalam Proses Peradaban Islam Klasik,
Jurnal Dakwah, Vol. XI No. 2, Juli-Desember 2010.
Sunanto,
Musyrifah, 2011, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media Group
Supriyadi, Dedi,
2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.
Http://blog.nurulzainab.com/2013/05/pendidikan-pada-masa-dinasti-mamluk.html,
Rabu 29 Maret 2017 Pukul 05:44.
Nurlailia, nurdiana, andi andri, Sejarah Pendidikan Masa Dinasti
Mamluk, http://khuzmayudi.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-pendidikan-masa-dinasty-mamluk.html.
Makalah haris
zubaidillah, Dinasti Mamluk Di Mesir, lihat di http://hariszubaidillah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-dinasti-mamluk-di-mesir.html,
selasa 28 maret 2017 pukul 07:20.
[1] Sajaratud Dur merupakan budak sahaya
Armenia yang dinikahkan khalifah musta’shim dari Baghdad kepada malikus shaleh
najmuddin ayyub. Sajaratud dur kemudian dimerdekakan dan diangkat menjadi
permaisuri. Lihat Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta:
Prenada Media Group, 2011) Cet. 4, Hal. 203- 204.
[3] Kata mamluk berarti budak atau hamba yang
dibeli dan didik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintah.
Seorang mamluk berasal dari ibu bapak yang merdeka (budan budak atau hamba) ini
berbeda dengan abd yang berarti hamba sahaya yang dilahirkan oleh ibu bapak
yang juga berstatus sebagai hamba dan kemudian dijual. Perbedaan lain kata
mamluk berkulit putih, sedangkan abd berkulit hitam. Mereka terdiri atas atas
suku- suku bangsa turki, Syracuse, sum, rusia, kurdi dan bagian kecil bangsa
eropa. Lihat Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2008) Cet. 1, Hal. 235.
[5] Ading Kusdiana, Sejarah Dan Kebudayaan
Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013) Cet. 1, Hal. 105- 106.
[6] Aybak membangun kekuasaan mamalik di mesir
selama tujuh atahun (1250- 1257). Selama memerintah, ia tidak kditemani kawan
seperjuangannya, baybars. Karena tidak ada persamaan visi, baybars pergi
meningalkan mesir dan bverdiam di syiria. Aybak meningnggal pada tahun 1257.
Yang digantikan oleh anaknya, yang masih berusia muda. Lihat Ading Kusdiana, Sejarah
Dan Kebudayaan Islam ..., Hal. 97.
[7] Pada masa pemerintahan Quthuz, syria/ suriah
di serang tentara mongol, tetapi serangan tentara mongol dapat dikalahkan
tentara mamluk. Sehingga para penguasa- penguasa di syria/ suriah menyatakan
kesetiaan kepada penguasa dinasti mamluk. Kenyataan ini telah menjadikan
landasan bagi pengembangan dan kemajuan selanjutnya. Lihat Ading Kusdiana, Sejarah
Dan Kebudayaan Islam ..., Hal. 100.
[8] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs, terj R Cecep Lukman Yasin
dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013) Cet. 1, Hal. 863-
865.
[9] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs, terj R Cecep Lukman Yasin
dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013) Cet. 1, Hal.
868- 871
.
[10] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs, terj R Cecep Lukman Yasin
dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013) Cet. 1, Hal.
872- 874.
[11] Lihat https://id.wikibooks.org/wiki/Islam_Abad_Pertengahan/Sejarah/Mamluk.
07 Mei 2017 Pukul 07:10.
[12] Nurul Hak, Penyebarluasan
Buku, Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Dan Dakwah Dalam Proses Peradaban Islam
Klasik, Jurnal Dakwah, Vol. XI No. 2, Juli-Desember 2010, Hal. 122.
[13] Fadlil Munawwar Manshur, Dinasti Mamluk
Dan Perang Salib Perspektif Historis, Hal. 3.
[16] Mundzirin
Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk Di Mesir, ThaqafiyyaT Vol. 16, No. 2, Desember 2015,
Hal. 192- 193.
[18] Lihat di https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2015/04/biografi-ibnu-al-nafis-penemu-peredaran-darah.html,
pada tanggal 26 maret 2017 pukul 20:18.
[20] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs,
terj R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2013) Cet. 1, Hal. 877.
[24] Lihat di http://blog.nurulzainab.com/2013/05/pendidikan-pada-masa-dinasti-mamluk.html,
Rabu 29 Maret 2017 Pukul 05:44.
[25] Nurlailia,
nurdiana, andi andri, Sejarah Pendidikan Masa Dinasti Mamluk, Lihat di http://khuzmayudi.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-pendidikan-masa-dinasty-mamluk.html,
Rabu 29 Maret 2017 pukul 05:53.
[26]Lihat di
http://blog.nurulzainab.com/2013/05/pendidikan-pada-masa-dinasti-mamluk.html,
pada tanggal 26 maret 2017 pukul 20:18.
[27] Makalah haris zubaidillah, Dinasti Mamluk
Di Mesir, lihat di http://hariszubaidillah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-dinasti-mamluk-di-mesir.html,
selasa 28 maret 2017 pukul 07:20.
[28] Nur Farida, Dinasti Mamluk: Sumbangannya Terhadap Islam, Tribakti,
Volume 19 No. 2. 1 Jali 2008, Hal. 12.s
No comments:
Post a Comment