Wednesday, November 15, 2017

DINASTI MAMLUK PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

DINASTI MAMLUK
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu:
Dr. H. Muhammad Hadi Masruri, M.A.



Pemakalah:
SULFIYA (16771020)


Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam
 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang Jawa Timur 2017




Dinasti Mamluk di Mesir
Kemajuan Dalam Bidang  Ilmu Pengetahuan
A.    Pendahuluan
Menjelang baghdad hancur dan perang salib angkatan ke tujuh pada tahun 1248- 1254 dipimpin oleh Louis IX berusaha menggempur mesir dan mulai menduduki dimyat pada tahun 1249 M, sultan yang berkuasa dimesir adalah malikus shaleh ayyubiyah sedang sakit, dan kemudian meninggal 1249 M. maka dari itu kekuasaan sementara dipegang oleh permaisurinya sajaratud dur.[1] Sajaratud dur memberikan kekuasaan kepada tauron syah untuk menduduki tahta. Namun tauron syah tidak menghargai usaha ibu tirinya dan ingin menyingkirkan ibu tirinya. Oleh karena itu sajaratud dur meminta bantuan kepada kaum mamluk, sehingga terjadilah kudeta yang akhirnya mengalahkan tauron syah. Untuk diakuinya kekuasaannya maka sajaratud dur mengawini izzuddin aibak pemimpin mamluk yang dilimpahi menjadi raja antara tahun 1250- 1257.[2]
Diantara beberapa dinansti yang bisa bertahan pada masa dinasti abbasiyah adalah dinasti mamluk. Dinasti mamluk merupakan dinasti terakhir di zaman klasik dari tanah arab. Dari beberapa dinasti yang selamat dari tentara mongol adalah dinasti mamluk.
Dinasti mamluk didirikan oleh para budak yang pada mulanya adalah /orang- orang yang ditawan oleh penguasa dinasti ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa ayyubiyah yang terakhir mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Mereka ditempatkan dipulai raudhah disungai nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan, maka karena itu mereka dikenal dengan julukan mamluk bahri( laut).[3] Kerajaan mamluk ini dibagi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Pertama dianamakan mamluk bahri (648- 792 H/1250- 1389 M) dan kedua dinamakan mamluk burji (792- 923H/ 1389- 1517 M).[4]dinasti mamluk merupakan salah satu dinasti yang berkuasa sangat lama yakni sekitar sekitar dua abad lebih. Lamanya kekuasaan mereka dalam memegang kekuasaan, banyak prestasi yang dinasti mamluk lakukan. Salah satunya adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dimasa itu.
Walaupun dinasti ini berdiri bermula dari budak- budak yang dimerdekakan, tetapi mereka juga mempunyai peran yang sangat andil terhadap sumbangsinya pada islam salah satunya adalah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa dinasti mamluk. Pada masa dinasti mamluk banyak para ilmuan yang muncul, baik itu para ilmuan agama maupun para ilmuan lainnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang disebabkan karena jatuhnya Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan islam di timur ketangan bangsa mongol yang bukan penganut islam menyebabkan terhentinya perkembangan ilmu pengetahuan di daerah itu. Orang- orang islam terutama para ilmuan yang dapat melepaskan diri berusaha mencari tempat berlindung yang lebih aman. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan di timur beralih dari baghdad ke mesir sebagai tempat perkembangannya, dengan beralihnya mereka ke mesir maka ilmu banyak berkembang di mesir seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu agama.[5]
Berdasarkan pemaparan diatas maka pemakalah dalam hal ini akan membahas tentang kemajuan atau prestasi yang telah diraih dinasti mamluk khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan.
B.     Pembahasan.
Sebelum menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan, maka disini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai wilayah- wilayah atau daerah yang pernah ditaklukkan dan menjadi wilayah kekuasaan mamluk, karena dengan mengetahui daerah kekuasaan mamluk, maka akan mengetahui pula perkembangan ilmu pengetahuan dan para cendekiawaan yang muncul pada masa dinasti mamluk.


1.      Wilayah Kekusaan Mamluk
Raja pertama dari kerajaan dinasti Mamluk yaitu Aybak (1250- 1257)[6] melakukan konsolidasi atas seluruh wilayah kerajaan, dan mengamankan daerah perbatasan. Ia menghabiskan sebagian waktunya untuk melakukan peperangan di Suriah, Palestina dan Mesir. Selanjutnya pemerintahan mamluk di pegang oleh Quthuz (1259- 1260).[7] Pada saat itu panglima yang membantu Quthuz adalah baybar yang kemudian berhasil menaklukkan Aleppo.  Kemudian kekuasaan dinasti mamluk dipegang oleh baybar (1260- 1277), ia melakukan ekspedisi terakhir ke uatara suriah dan disana ia menghancurkan kekuasaan hasyasyin, selain itu para jendral juga berhasil meluaskan kekuasaan ke bagian barat wilayah suku barber dan selatan wilayah nubia. Dengan di kusainya syriah, maka bayabar membangun kembali angkatan laut dan memperkuat benteng suriah. Tidak hanya hanya hal itu ia juga membangun kanal dan memperbaiki pelabuhan serta menghubungkan kairo dan damaskus dengan layanan burung pos. tidak hanya itu baybar juga membangun tempat umum, yaitu mempercantik masjid yaitu masjid agung pada tahun 1269 di kairo dan damaskus serta membangun sekolah. Selain sekolah baybar juga membangun perpustakaan di Damaskus.[8]
Selain penaklukkan terhadap nama- nama daerah yang telah disebutkan di atas dinasti mamluk juga berhasil menaklukkan Tripoli di bawah kepemimpinan Qallawun (1279- 1290). Qallawun juga mendirikan beberapa benteng pertahanaan di Aleppo, baklabak dan damaskus. Selain hal tersebut yang dilakukan Qallawun adalah membangun sebuah rumah sakit di kairo, yang tersambung dengan satu masjid- sekolah pada tahun 1284, serta sebuah komplek kuburan bangsawan. Rumah sakit tersebut juga dilengkapi raung laboratorium, apotik dimana kepala staf medis rumah sakit ini memberikan intruksi di dalam sebuah raung pengajaran yang cukuo lengkap. Pengganti qallawun selanjutnya adalah Khalil (1290- 1293) yang berhasil menaklukkan Akka pada mei 1291. Tetapi pemerintahan Khalil tidak lama yang kemudian di lanjutkan al- Nashir (1293- 1294. 1298- 1308 dan 1309- 1340), ia bkerhasil  menaklukkan libanon, pada tahun 1302 al- Nashir berhasil menghancurkan pulau kisruh yang dihuni oleh bangsa Armenia.[9]
Pada masa pemerintahan al- Nashir juga dibangun masjid sebanyak tiga puluh diseluruh pelosok kerajaannya pada tahun 1318, membangun sekolah pada tahun 1304, sesuai dengna namanya yaitu al- Nashiriyah di kairo. Didirikan masjid yang bernama masjid sultan al- Hasan yang selesai pada tahun 1362 yang didirikan oleh anak al- Nashir.[10] Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini disebut Bahri. Mereka kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382 M. Setelah tahun 1382 M, kelompok Mamluk lainnya berkuasa dan mendirikan dinasti yang disebut Burj. Mereka kebanyakan merupakan orang Circassia. Tidak banyak terjadi peperangan pada masa dinasti Burj, namun mereka tetap merupakan pasukan yang tangguh, contohnya pada tahun 1426 M, Mamluk menaklukan pulau Siprus, pada tahun 1440 M mereka menyerang Rhodes meskipun gagal menguasainya.[11] Berdasarkan keterangan penjelasan daerah kekuasaan dinasti mamluk, dimana daerah tersebut tidak hanya di taklukkan tetapi juga di beri fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, masjid dan lain- lain. Dimana tempat- tempat umum tersebut seperti masjid, dan rumah sakit tidak hanya di fungsikan sebagaimana fungsinya, tetapi laboraturium, masjid dan rumah sakit juga digunakan sebagai temapat belajar dan praktik. Melihat uasaha para penguasa dinasti mamluk dalam memberikan fasilitas umum kepada rakyat, membuktika peran para penguasa dalam mengembangkan dan memajukan perkembangan ilmu pengetahuan. Hal itu bisa dilihat dari bukti perkembangan ilmu pengetahuan pada masa dinasti mamluk, sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini.


2.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Meskipun puncak peradaban Islam terjadi pada masa Daulah Abbasiyah, khususnya masa Khalifah al-Ma’mun, namun pengaruhnya mulai terasa justru setelah masa khalifah al- Ma’mun dan pasca kemunduran Daulah Abbasiyah itu sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan dua hal. Pertama, kemunculan ilmuwan-ilmuwan besar Muslim dalam berbagai bidang, seperti al-Farabi dalam bidang Filsafat, Ibn Sina (Avecina) dan al-Razi dalam bidang filsafat dan kedokteran, al-Khawarizmi dalam bidang Matematika dan ilmuwan yang lainnya terjadi pasca lemahnya Daulah Abbasiyah di Baghdad, Irak. Kedua, dinasti- dinasti islam yang memerdekakan diri dari Daulah Abbasiyah pada abad ke-9 dan 10 M, seperti Dinasti Buwaihi, Idrisiyah, Fatimiyah, Thulun, Samaniyah dan yang lainnya memiliki pusat-pusat pendidikan dan keilmuan, baik sekolah ataupun perpustakaan, yang dapat menyambung dan melanjutkan kemajuan keilmuan pada masa daulah abbasiyah sampai abad pertengahan, ketika daulah abbasiyah jatuh ke tangan bangsa mongolia.
Sejak kemunculan daulah fatimiyah di afrika utara, kegiatan intelektual, semangat mengoleksi buku- buku kepustakaan, dan pendirian pusat-pusat pendidikan tumbuh subur di dunia islam. Pembangunan masjid jami’ al-azhar, khazain al-qushur dan dar al-hikmah, menjadi cikal-bakal perkembangan keilmuan melalui Universitas al-azhar dan Perpustakaan dar al-hikmah, yang menyaingi bahkan mengungguli bait al-hikmah di baghdad, iraq.[12] Pada tahun 1167 shalahuddin al- ayyubi mengambil alih kekuasaan fathimiyah, ia tidak menghancurkan kairo yang dibangun oleh fathimiyah, melainkan dengan penuh antusias. Ia membangun sekolah, masjid, rumah sakit, sarana, rehalibitasi penderita sakit jiwa dan tempat- tempat social lainnya. Pada tahun 1250 delapan tahun sebelum Baghdad diratakan dengan tanah oleh hulagu khan, kekuasaan dinasti ayyubiyah diambil alih oleh kalangan keturunan turki pegawai istana para budak yang disebut mamluk.[13]
Dalam bidang ilmu pengetahuan, mesir menjadi tempat pelarian ilmuan- ilmuan asal baghdad dari serangan mongol. Disamping itu mesir dengan perguruan tingginya al- azhar serta perpustakaan dar al- hikamahnya yang selamat dari penghancuran serangan tentara mongol (perpustakaan bait al- hikmah Baghdad hancur setelah serangan mongol, perguruan tinggi Toledo dan cordova andalus diambil alih oleh bangsa eropa) menyebabkan kesinambungan ilmu zaman klasik tetap berkembang di mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu agama. Mesir menjadi pusat peradaban islam yang berintikan kebudayaan arab.[14] Berkembangnya ilmu pengetahuan di mesir karena para penguasa dinasti mamalik tidak menolak kehadiran mereka. Para penguasa dinasti mamlukpun memberikan dukungan terhadap segala kreativitas, akhirnya ilmu pengetahuan dan peradaban islam berkembang di mesir.[15]
3.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Mamluk
Setelah Baghdad hancur dan kekuasaan Abbasiyah runtuh, maka ibu kota alam Islami berpindah ke Kairo, Mesir. Begitu juga pusat pendidikan dan pengajaran berpindah pula ke kairo, ke jami’ al-azhar. Pada masa sultan Baybars,Al-Azhar mengalami peningkatan yang gemilang, menjadi pusat ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Mesir pada masa itu adalah masa keemasan dalam sejarahnya. al-azhar masa itu dikunjungi oleh ulama- ulama dan pelajar- pelajar dari seluruh dunia, sebagaimana halnya kota Baghdad dahulu.
Masa Mamluk adalah masa mengarang matan-matan yang pendek dan mengarang syarahnya. Ulama meringkas kitab- kitab lama yang panjang, sehingga menjadi ringkas seringkas-ringkasnya, yang disebut matan. Maka lahirlah kitab-kitab pendek (mukhtashar) dalam ilmu fiqhi, nahwu, sharaf, balaghah dan lain- lain. Akhirnya matan- matan tersebut dikumpulkan menjadi satu buku besar bernama majma’ matan, yang lebih ahli dalam meringkaskan dan mengarang matan-matan itu adalah ulama syafiiyah, diantara matan- matan itu juga ada yang berupa syair. Tujuan dibuatnya matan-matan tersebut adalah agar pelajar mudah menghafalnya.
Adapun ilmuan dan ilmu- ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa dinasti mamluk diantaranya adalah sebagai berikut:
a.      Ilmu-ilmu keislaman dengan beberapa tokohnya sebagai berikut:
1)      Ibnu Taymiyah (1263- 1328) yang dikenal sebagai reformer pemikiran Islam yang bermadzhab Hambali.
2)      Jalaluddin As-Suyuthi lahir 1445 (849H), wafat 1505 (911H)) adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di KairoMesir. dengan karya monumentalnya di bidang ulumul Qur’an yaitu al-Itqan fi Ulum al-Qur‘an.
3)      Ibnu Hajar al-Asqalani (1372- 1449) yang termasyhur dalam bidang penulisan ilmu fiqih dan hadis.[16]
b.      IImu-ilmu Semesta
1)      bidang kedokteran
dalam bidang kedokteran pada masa Dinasti Mamluk dengan para tokohnya Ibnu Nafis yang oleh pengagumnya digelari the second avisenna ( ibnu sina kedua) karena reputasinya sebagai seorang dokter yang terkemuka dan seorang penulis yang serba bisa pada abad VII H/ XIII M.[17] Nama lengkap ibnu nafis adalah Ala-al-din abu Al-Hassan Ali bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi, yang dikenal sebagai Ibn al-Nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus. Dia hadir di Rumah Sakit Medical College ( Bimaristan Al-Noori) di Damaskus. Selain obat-obatan, Ibn al-Nafis belajar ilmu hukum, sastra dan teologi. Ia menjadi seorang ahli di sekolah hukum syafi’i dan ahli dokter. Pada tahun 1236 ia pindah ke mesir. Dia bekerja dirumah sakit Al- Nassari, dan kemudian di rumah sakit Al- Mansuri, disana ia menjadi kepala dokter dan dokter pribakdi sultan. Ibnu Nafis meninggal pada 17 desember 1288 ( umur 74- 75 ) di kairo.[18] Ia menjadi dokter pribadi sultan Baybars sambil membimbing muridnya disana. Salah satu muridnya yang terkenal adalah ibnu al- kuh, penulis sebuah buku tentang ilmu bedah. Ketika ia meninggal ia mewariskan rumah, kekayaan, dan buku- buku kepada krumah sakit mansuri yang dibangun oleh sultan qallawun. Diantara karya- karyanya adalah sebagai berikut, kitab as- syamil fi at- thib, sebuah ensoklipedia kedokteran lengkap yang terdiri dari kurang lebih 27.000 folio yang tersebar dalam 8 jilid tebal, Kitab al- muhadzadzab fi al- kuhl, sebuah buku yang mencakup hampir seluruh cabang ilmu kedokteran arab pada waktu itu. Buku ini banyak digunakan oleh penulis kedokteran dikemudian hari, Mujiz al- qanun, sebuah intisari lengkap buku qanun ibnu sina, kecuali masalah anatomi ( ilmu urai tubuh) dan fisiologi ( ilmu fa’al tubuh) yang tidak termasuk di dalamnya. Buku ini juga merupakan sebuah manual buku ( buku pegangan) singkat mengenai seluruh bagian ilmu kedokteran yang diperuntukkan terutama bagi para dokter praktik, Buku yang di dalamnya menjelaskan teori tentang sirkulasi darah yaitu the lesser or pulmonary circulation of thae blood.[19] Syarh tasyrih al- qanun, di dalamnya ia memaparkan konsepsi yang jelas tentang fungsi paru- paru sebagai sirkulator darah. Karya ini ditulis dua setengah abad sebelum penulis spanyol, Servetus mempublikasikan penemuannya dalam bidang yang sama. Selain ibnu nafis ilmuan dokter yang lahir pada dinasti mamluk adalah  
(a)    Abu Bakr Ibn Al- Mundzir Al- Baythar (wafat 1340). Dengan judul bukunya kamil al- shina’atain: al- baytharah wa al zartaqah yang didedikasikan untuk putra Qallawun Al- Nashir.
(b)   Selain itu ada beberapa karya tradisi islam tentang kuda pembiak yang bagus, adapun karya bukunya berjudul fadhl al- khayl yang ditulis oleh Abd Al- Mu’min Al- Dimyathi ( wafat 1306) seorang dosen pada akademi Manshuriyah Qallawun.[20]
(c)    Minhaj al-Dukkan wa Dustur al-A’yan (Pedoman tentang Obat-obatan dan Aturannya untuk Para Bangsawan) karya seorang ahli farmasi Yahudi Mesir, al- kuhin (sang pendeta) al- attar (sang ahli obat), disusun pada tahun 1260 M.
(d)   Mujarrabat (Percobaan Pengobatan), karya Abu Fadha’il ibn al-Naqid tentang Optamologi (ilmu optik).
(e)    Nur al-‘Uyun wa Jami’ al-Funun (Cahaya Mata dan Ikhtisar Disiplin Ilmu), karya Shalah al-Din ibn Yusuf yang membuka praktik kedokteran di Hamah pada tahun 1296.
(f)    Uyun al-Anba’ fi Thabaqat al-Athibba’ (Sumber Rujukan tentang Tingkatan Para Dokter), karya Muwaffaq al-Din abu al- abbas ahmad ibn abi ushaybi’ah (1203- 1270). Yang hidup di Damaskus pada awal peroide mamluk. Ia belajar kedokteran di tempat kelahirannya dan di kairo. Karya beliau menghimpun sebanyak 400 biografi ahli medis arab dan yunani secara terperinci.
2)      Bidang sejarah dan geografi
a)      Abu Fida, seorang ahli geografi dan sejarah yang lahir di Damaskus pada tahun 672 H/ 1273- 1332 M, sebagai keturunan ayyub. Pada tahun 1298 M, menjadi pegawai sultan mamluk malik an- nasir muhammad ibn qolawun. Kemudian diangkat menjadi gubernur di hamamah. Adapun karya- karyanya adalah sebagai berikut:
(1)   Mukhtasir tarikh al- basyar, sebuah buku sejarah universal, mencakup pra islam dan sejarah islam sampai tahun 1329 M.
(2)   Takwil Al- Buldan, sebuah deskripsi geografis yang dilengkapi sejumlah data dalam bentuk tabel- tabel, matematika dan fisika. Buku ini lalu dilengkapi tahun 1321 M. Data yang disajikan berasal dari terjemahan bahasa arab dan hasil analisis dari karya ptolomeus pada abad 10 M oleh albiruni inb said al- maghribi kitab al- atwal.[21]
b)      Ibnu Khaldun ( 1406) yang menyandang gelar guru besar sejarah dan menjabat sebagai hakim tinggi pada masa sultan barquq, juga memimpin sebuah delegasi dibawah sultan faraj untuk menegosiasikan perdamaian dengan timurlenk di damaskus. Adapun buku karangan ibnu khaldun yaitu filsafat sejarah (philosophy of history), muqaddimah dan kitab sejaorah alam semesta.
c)      Ibnu Taghri Birdhi, seorang ilmuan yang memiliki hubungan erat dengan beberapa sultan. Adapun karyanya berjudul al- nujum al- zhahirah fi muluk mishr wa al- qahirah , sebuah sejarah tentang mesir dari periode penaklukan bangsa arab sampai 1453.
d)     Jalal Al- Din Dl Suyuthi ( 1445- 1505), adapun kitab yang ia karang berjudul seorang ulama yang produktif menulis, baik di bidang tafsir maupun sejarah (bukunya antara lain al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an; tentang ilmu tafsir, husn al- muhadharah fi akhbar mishr wa al- qahirah, sebuah karya tentang sejarah mesir.
e)      Taqiy Al- Ain Ahmad Al- Maqrizi (1364- 1442). Ia lahir di kairo dari keturunan baklabak. Ia pernah menduduki jabatan penting sebagai wakil qadhi dan sebagai pengajar di kota asalnya dan dimaskus. Karyanya berjudul al- mawa’izh wa al- i’tibar fi dzikr al- khithath wa al- atsar yang berisi tentang topografi orang mesir, sejarah dan keunikannya.
f)       Ahmad Al- Qalqasyandi (1418) penulis buku shubh al- a’sya, yang dimaksudkan sebagai pedoman untuk para pejabat sekretaris kantor pemerintahan dan yang sarat dengan fakta- fakta sejarah dan geografi terutama tentang mesir dan suriah.
g)      Syams Al- Din Ahmad Ibn Muhammad Ibn khallikan yang lahir di irbil (arbela) pada tahun 1211. Ia dididik di aleppo dan damaskus. Adapun judul bukunya dalah wafayat al- a’yan wa anba’ abna al- zaman. Ia wafat pada tahun 1282.[22]
Berdasarkan penjelasan tentang perkembangan ilmu dan munculnya para ilmuan pada masa dinasti mamluk, bahwasanya pada masa era mamluk banyak ilmuan yang muncul. Kemunculan para ilmuan pada masa dinasti mamluk, berdasarkan penjelasan di atas tidak hanya dari mamluk itu sendiri, tetapi para ilmuan tersebut banyak yang berasal dari luar daerah mesir, sebagai contohnya adalah ibnu nafis lahir pada tahun 1213 di Damaskus. Ia menjadi seorang ahli di sekolah hukum syafi’i dan ahli dokter. Pada tahun 1236 ia pindah ke Mesir. Dia bekerja dirumah sakit Al- Nassari, dan kemudian di rumah sakit Al- Mansuri, disana ia menjadi kepala dokter dan dokter pribadi sultan. Ia menjadi dokter pribadi sultan Baybars. Walaupun ibnu nafis berasal dari daerah lain, tetapi ia juga ikut andil dalam kerajaan dinasti mamluk, yaitu ia menjadi dokter pribadi sultan baibars. Selain ibnu nafis para ilmuan lainnya yan ikut andil dalam pemrintahan dinasti mamluk adalah  abd al- mu’min al- dimyathi ( wafat 1306), ia adalah seorang dosen pada akademik manshuriyah qallawun dan ia juga menulis buku tentang kuda, di karenakan pada saat itu para penguasa dinasti mamluk seperti Qallawun dan Barquq suka memelihara kuda pembiak.
Selanjutnya adalah seorang ilmuan penulis biografi muslim yang bernama Syams Al- Din Ahmad Ibn Muhammad Ibn Khallikan yang lahir di Irbil (Arbela) pada tahun 1211. Ia dididik di Aleppo dan Damaskus. Pada tahun 1261, yakni pada masa pemerintahan raja zhahir bibaris yang memerintah pada tahun 1259- 1277, ia  diangkat sebagai kepala qadhi suriah yang kantornya terletak di damskus. Dimana ia menduduki jabatan ini, dengan satu kali interval selama tujuh tahun, hingga beberapa saat sebelum ia wafat pada tahun 1281. Dalam bidang sejarah juga muncul ilmuan yang terkemuka yaitu abu al- fida yang lahir di damaskus pada tahun 672 H/ 1273- 1332 M, sebagai keturunan ayyub. Yang bertepatan pada masa kekuasaan qallawun. Pada tahun 1298 M, menjadi pegawai sultan mamluk malik an- nasir muhammad ibn qolawun. Kemudian diangkat menjadi gubernur di hammah.
Selanjutnya Ibnu Taghri Birdhi (wafat 1470) yang menduduki jabatan jabatan tinggi di istana mamluk, dan seperti ibunya seorang budak turki milik Barquq. Ia memiliki hubungan yang erat dengan dengan beberapa sultan. Ibnu khaldun ( 1406) yang menyandang gelar guru besar sejarah dan menjabat sebagai hakim tinggi pada masa sultan barquq, juga memimpin sebuah delegasi dibawah sultan faraj untuk menegosiasikan perdamaian dengan timurlenk di damaskus. Adapun buku karangan ibnu khaldun yaitu filsafat sejarah (philosophy of history), muqaddimah dan kitab sejaorah alam semesta. Sejarawan terkemuka pada masa dinasti mamluk yaitu  muncul ilmuan yang bernama Taqiy al- din ahmad al- maqrizi (1364- 1442). Ia lahir di kairo dari keturunan baklabak. Ia pernah menduduki jabatan penting sebagai wakil qadhi dan sebagai pengajar di kota asalnya dan damaskus.[23]
4.      Kitab-kitab pelajaran di Al-Azhar pada masa Dinasti Mamluk
Adapun kitab- kitab yang dipelajari di al- azhar pada masa dinasti mamluk antara lain adalah sebagai berikut: Kitab Hadits yang enam (al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah) dan Musnad Ahmad dan Syafi’i. Umdatul Ahkam (Hafiz Abdul Ghani). Syuzur az-Zahab (Ibnu Hisyam), Jam’ul Jawami’, Al-Badrul Munir, As-Syarhul Kabir (ar-Rafi’i), Al-Minhaj (An-Nawawi), Hadits Arbain, Al-Waraqat (Ushul), Al-Lamhatul Badriyah (Nahwu).
5.      Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran pada masa Mamluk ialah dengan menghafal matan-matan, meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya, seperti menghafal matan Ajrumiyah, matan Taqrib, matan Alfiyah, matan Sullan dan lain-lain. Setelah murid-murid menghafal matan-matan itu barulah mereka mempelajari syarahnya, kadang-kadang serta hasyiahnya. Dengan demikian pelajaran bertambah berat dan bertambah sulit untuk menghafalnya. Selain itu, juga diterapkan sistem praktikum untuk praktikum kimia dan kedokteran.[24]
6.      Pusat- Pusat Ilmu Pengetahuan Dinasti Mamluk
Adapun pusat- pusat imu pengetahuan pada masa dinasti mamluk adalah sebagai berikut:
a.       Kuttab atau maktub berasal dari kata kataba yang berari menulis atau tempat menulis. Namun akhirnya memiliki pengertian sebagai lembaga pendidikan dasar.
b.      Pendidikan rendah di istana, lembaga pendidikan ini diperuntukkan bagi anak- anak pejabat istana. Para pejabat tersebut memanggil guru- guru khusus untuk memberikan pendidikan kepada anak- anak mereka.[25]
c.       Masjid, di antaranya adalah masjid yang besar di Husainiyah bernama Jami’ Az-Zahir.
d.      Madrasah, dalam madrasah diajarkan ilmu fiqhi dalam empat madzhab.
e.       Perpustakaan, berisi berbagai macam kitab dalam berbagai ilmu pengetahuan.
f.       Rumah sakit, dibangun oleh Qallawun yang terdapat bilik untuk tempat praktikum kimia dan alat-alat kedokteran.
g.      observatorium, sebagai pusat penelitian.
h.      Jami’ Al-azhar, sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam, memelihara dan mengembangkan syariat Islam dan bahasa arab selama zaman pertengahan. Salah satu anak Sultan an-Nashir bernama Sultan Hasan, mendirikan madrasah yang besar yang termasyhur sampai sekarang, yaitu Jami’ Sultan Hasan.
Selain itu, banyak juga sultan-sultan mamluk yang mendirikan bangunan-bangunan besar, masjid-masjid dan madrasah-madrasah seperti, Barquq, ia mendirikan gedung-gedung besar dan madrasah besar yang termasyhur sampai sekarang dengan nama Jami’ Barquq, Al-Muaiyad Syekh, ia mendirikan masjid yang besar bernama Jami’ Al-Muaiyad, Qayutbai (873-902 H/ 1468-1496 M), ia membangun masjid-masjid dan madrasah-madrasah, serta benteng-benteng dan jalan-jalan raya, di antara bangunannya yang termasyhur ialah Jami’ Qayutbai, Al-Ghuri (906-922 H/ 1501-1516 M), ia juga banyak membangun gedung-gedung, di antaranya Jami’ Al-Ghuri dan madrasah Al-Ghuriyah.
Pada masa Dinasti Mamluk, madrasah-madrasah bertambah banyak. Kebanyakan didirikan oleh sultan-sultan dan setengahnya didirikan oleh orang-orang kaya. Menurut riwayat, bahwa madrasah-madrasah di Mesir pada masa ini berjumlah 45 madrasah dan jumlah seluruhnya 70 madrasah beserta wilayah-wilayah lain.[26]
7.      Faktor Berkembangnya Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Mamluk
Adapun faktor berkembangnya ilmu pengetahuan pada masa dinasti mamluk diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa dinasti Mamluk disebabkan oleh jatuhnya Baghdad yang mengakibatkan sebagian ahli ilmu pengetahuan melarikan diri ke Mesir. Dengan demikian Mesir berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, melanjutkan kedudukan kota-kota Islam lainnya setelah dihancurkan oleh bangsa Mongol.
2.      Di mesir para ilmuan tersebut memperoleh perlindungan dan kehidupan yang terjamin  sehingga ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat, seperti dalam bidang ilmu sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agamaKetika para ulama Baghdad  kehilangan semangat pintu ijtihad dan lari ke dunia tasawuf dan tarekat dan umat hidup dalam taqlid, maka di wilayah Mesir yang dikuasai dinasti Mamluk bermunculan ulama-ulama besar. Ulama-ulama tersebut antara lain Ibnu Taimiyah (1263-1328), penganjur kemurnian ajaran Islam untuk kembali pada al-Qur’an dan Hadis dan membuka pintu ijtihad; Jalaluddin al-Suyuti, seorang ulama yang produktif menulis, baik di bidang tafsir maupun sejarah.[27]
3.      Dinasti mamluk juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek di datangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, Villa, makam, kubah dan menara masjid.[28]
C.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas bahwasanya ilmu pengetahuan pada masa dinansti maluk juga mengalami kemajuan, walaupun kemajuan atau prestasi tersebut tidak semenonjol pada masa dinasti abbasiyah. Dinasti mamluk melanjutkan tradisi keilmuan pada masa dinasti fathimiyah. Mereka mengembangkannya sehingga pada masa dinasti mamluk banyak juga para ilmuan yang muncul, karena hal itu maka dinasti mamluk juga dikatakan sebagai dinasti penyelamat peninggalan klasik dinasti sebelumnya. Walaupun dinasti mamluk aslinya berasal dari seorang kalangan budak, mereka dapat membuktikan bahwa mereka juga bisa, hal itu dibuktikan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Adapun ilmuan- ilmuan yang muncul pada saat dinasti mamluk dan ikut andil dalam pemerintahan mamluk diantaranya adalah seorang dokter yang dikatakan sebagai avisena kedua yaitu ibnu nafis, abd al- mu’min al- dimyathi Syams al- din ahmad ibn muhammad ibn khallikan, abu al- fida, Ibnu taghri birdhi, Ibnu khaldun.

Daftar Pustaka
Hitti, Philip K, 2013, history of tha arabs, terj R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Kusdiana, Ading, 2013, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.
Manshur, Fadlil munawwar dinasti, mamluk dan perang salib perspektif historis.
Mundzirin Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk Di Mesir, ThaqafiyyaT Vol. 16, No. 2, Desember 2015.

Nur Farida, Dinasti Mamluk: Sumbangannya Terhadap Islam, Tribakti, Volume 19 No. 2. 1 Juli 2008.

Nurul hak, Penyebarluasan Buku, Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Dan Dakwah Dalam Proses Peradaban Islam Klasik, Jurnal Dakwah, Vol. XI No. 2, Juli-Desember 2010.

Sunanto, Musyrifah, 2011, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media Group
Supriyadi, Dedi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia.

Nurlailia, nurdiana, andi andri, Sejarah Pendidikan Masa Dinasti Mamluk, http://khuzmayudi.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-pendidikan-masa-dinasty-mamluk.html.

Makalah haris zubaidillah, Dinasti Mamluk Di Mesir, lihat di http://hariszubaidillah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-dinasti-mamluk-di-mesir.html, selasa 28 maret 2017 pukul 07:20.



[1] Sajaratud Dur merupakan budak sahaya Armenia yang dinikahkan khalifah musta’shim dari Baghdad kepada malikus shaleh najmuddin ayyub. Sajaratud dur kemudian dimerdekakan dan diangkat menjadi permaisuri. Lihat Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) Cet. 4, Hal. 203- 204.

[2] Ibid …, hal. 204- 205.

[3] Kata mamluk berarti budak atau hamba yang dibeli dan didik dengan sengaja agar menjadi tentara dan pegawai pemerintah. Seorang mamluk berasal dari ibu bapak yang merdeka (budan budak atau hamba) ini berbeda dengan abd yang berarti hamba sahaya yang dilahirkan oleh ibu bapak yang juga berstatus sebagai hamba dan kemudian dijual. Perbedaan lain kata mamluk berkulit putih, sedangkan abd berkulit hitam. Mereka terdiri atas atas suku- suku bangsa turki, Syracuse, sum, rusia, kurdi dan bagian kecil bangsa eropa. Lihat Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) Cet. 1, Hal. 235.

[4] Ibid …, hal. 236.

[5] Ading Kusdiana, Sejarah Dan Kebudayaan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013) Cet. 1, Hal. 105- 106.
[6] Aybak membangun kekuasaan mamalik di mesir selama tujuh atahun (1250- 1257). Selama memerintah, ia tidak kditemani kawan seperjuangannya, baybars. Karena tidak ada persamaan visi, baybars pergi meningalkan mesir dan bverdiam di syiria. Aybak meningnggal pada tahun 1257. Yang digantikan oleh anaknya, yang masih berusia muda. Lihat Ading Kusdiana, Sejarah Dan Kebudayaan Islam ..., Hal. 97.

[7] Pada masa pemerintahan Quthuz, syria/ suriah di serang tentara mongol, tetapi serangan tentara mongol dapat dikalahkan tentara mamluk. Sehingga para penguasa- penguasa di syria/ suriah menyatakan kesetiaan kepada penguasa dinasti mamluk. Kenyataan ini telah menjadikan landasan bagi pengembangan dan kemajuan selanjutnya. Lihat Ading Kusdiana, Sejarah Dan Kebudayaan Islam ..., Hal. 100.

[8] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs, terj R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013) Cet. 1, Hal. 863- 865.

[9] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs, terj R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013) Cet. 1, Hal. 868-  871
.
[10] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs, terj R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013) Cet. 1, Hal. 872-  874.

[12] Nurul Hak, Penyebarluasan Buku, Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Dan Dakwah Dalam Proses Peradaban Islam Klasik, Jurnal Dakwah, Vol. XI No. 2, Juli-Desember 2010, Hal. 122.

[13] Fadlil Munawwar Manshur, Dinasti Mamluk Dan Perang Salib Perspektif Historis, Hal. 3.

[14] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik …, Hal. 211- 212.

[15] Ading Kusdiana, Sejarah Dan Kebudayaan Islam ..., Hal. 105- 106.
[16] Mundzirin Yusuf, Peradaban Dinasti Mamluk Di Mesir, ThaqafiyyaT Vol. 16, No. 2, Desember 2015, Hal. 192- 193.

[17] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik …, Hal. 212.

[19] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik …, Hal. 213- 214.

[20] Philip K. Hitti, History Of Tha Arabs, terj R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2013) Cet. 1, Hal. 877.

[21] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik …, Hal. 214- 215.
[22] Philip K Hitti, History Of The Arabs …, Hal. 880- 884.

[23] Philip K Hitti, History Of The Arabs …, Hal. 874- 882.
[25] Nurlailia, nurdiana, andi andri, Sejarah Pendidikan Masa Dinasti Mamluk, Lihat di http://khuzmayudi.blogspot.co.id/2013/03/sejarah-pendidikan-masa-dinasty-mamluk.html, Rabu 29 Maret 2017 pukul 05:53.


[27] Makalah haris zubaidillah, Dinasti Mamluk Di Mesir, lihat di http://hariszubaidillah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-dinasti-mamluk-di-mesir.html, selasa 28 maret 2017 pukul 07:20.

[28] Nur Farida, Dinasti Mamluk: Sumbangannya Terhadap Islam, Tribakti, Volume 19 No. 2. 1 Jali 2008, Hal. 12.s

No comments:

Post a Comment