Wednesday, November 15, 2017

Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Penjajahan Belanda)

Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
(Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Penjajahan Belanda)

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Peradaban Islam

Dosen Pengampu:
Dr. H. M. Hadi Masruri, Lc., M.Ag



Oleh:
Selvi Budi Rahayu         (16771005)
MPAI-A

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MEI 2017

Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
(Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum Penjajahan Belanda)

Oleh:
Selvi Budi Rahayu (167710055)
Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang


A.    PENDAHULUAN
Proses penyebaran Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranan para pedagang Islam, ahli-ahli agama Islam dan raja-raja atau penguasa yang telah memeluk Islam. Proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini, pembawa Islam kepada masyarakat Nusantara adalah para saudagar-saudagar muslim, baik yang datang dari Gujarat maupun Arab dengan cara berdagang. Dari hubungan ini mereka saling mengenal dan terjadi hubungan yang dinamis di antara mereka. Para saudagar muslim tidak semata-mata hanya berdagang melainkan juga berdakwah.[1]
Masuknya islam di Indonesia dibagi menjadi dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dnegan agama islam kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang Asing yang telah beragama Islam bertempat tinggal secaramenetap di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan dngan penduduk asli dan mengikuti gaya hidup lokal yang sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang jawa, Melayu atau suku lainnya.[2]


B.     Jalur masuknyaIslam ke Indonesia
Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberi nuansa baru dalam keberislamannya di negara-negara Islam lain. Islam di Indonesia ini mampu berinteraksi dengan budaya lokal, seperti bentuk masjid dan tata cara yang mengiringi ritual keagamaan.
Berbagai teori tentang masuknya islam di Indonesia telah banyak dikemukakan oleh para pakar baik yang berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri. Meskipun demikian, pembongkaran mengenai dari mana, dimaa dan kapan masuknya Islam di Indonesia masi merupakan m asalah yan g kontroversal.
Kedatangan islam di berbagai darah di Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi yang berbeda-beda. Masuknya Islam di Indonesia dapat dilihat dari beberapa sumber yaitu:
1.      Arab
Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (sekitar abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan dan wilayah Indonesia bagian barat termasuk selat Malaka. Hubungan perdagangan Arab dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab dengan kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.[3] Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam salam Sejarah Kebudayaan Melayu dan mayoritas tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka san Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka berasumsi bahwa teori yang mengatakan Islam datang dari India adalah seagai sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.[4]
2.       Eropa
Kabar ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia ketika ia kembali dari cina menuju Eropa melalui jalur laut. Ia mendapat tugas dari kaisar Cina dan dari perjalannya itu ia singgak di Sumatera bagian Utara. Di Daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam yaitu kerajaan Samudera Pasai, yang beribukota di Pasai.[5] Diantara sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouch Hurgronye, W.F Stutterheim, dan Bernard H.M. Vlekke.[6]
3.      India
Hal ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai  peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama-agama dan kebudayaan Islam kepada setiap ,asyarakat yang dijumpainya,terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisir pantai.[7]
4.      Cina
Kabar ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan seorang Penulis yang megikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di utara Pulau Jawa. Para pedagang Arab yang  menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-sumber Cina disebutkan bahwa pada abad ke 7 M seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera.[8]
5.      Sumber dalam Negeri
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. Yakni penemuan sebuah batu Leran (Gresik). Batu bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua, makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ketiga, Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419 M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.[9]
Jalur masuk agama Islam ke Indonesia yang paling dominan adalah dari Cina. Hal ini dibuktikan dengan adanya dari china. Jalur perdagangan di Indonesia sangat terkenal karena disini terlewati Jalur Sutra. Jalur sutra china ini telah dikenal sejak tahun 200 SM . disini Nabi Muhammad SAW sendiri sangat mengagumi Jalur Sutra China ini. Hingga adanya Hadis yang menyatakan “Tuntutlah Ilmu sampai Negeri China”. Pada waktu itu juga orang-orang China memakai baju yang berasal dari sutra yang sangat Indah, dan di Arab pada waktu itu percaya bahwa baju yang digunakan menunjukkan strata sosial yang dimiliki. Pada abad 14 M Laksamana Cheng Ho ke Majapahit sebagai misi Resmi yang telah terjalin sejak lama. Dan lebih meyakinkan lagi bahwa para walisongo banyak yang berasal dari China. Pada permulaan abad 15, pada masa pemerintahan Yung-lo dari rajakula Ming, laksamana Cheng Ho dalam kunungannya ke negara-negara di Asia Tenggara telah menyaksikan adanya pelbagai pedagang Tionghoa di pelbagai pelabuhan. Pada tahun 1407 laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat Tionghoa Islam pertama di Nusantara.[10]
Banyak dari Jajaran Wali Songo adalah orang China, seperti Sunan Ampel yang asli dari Yunan[11]Sunan Bonang dan Sunan Giri yang juga keturunan Tonghoa[12]
C.    Cara Islamisasi di Indonesia
Datangnya agama Islam tidak lantas langsung dapat menyebar keseluruh penjuru Indonesia. Penyebaran agama Islam di Indonesia ini dilakukan secara terbuka dan secara damai. Cara-cara yang digunakan untuk mengislamkan penduduk Indonesia pada wakti itu ada enam, yaitu:
1.      Perdagangan
Pada taraf permulaannya cara menyebarkan agama Islam adalah dengan cara perdagangan. Hal ini sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke 7 sampai pada abad ke 16. Perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedangang-pedagang beragama Islam seperti pedagang dari Arab, Persia dan Iran turut serta mengambil bagian di Indonesia. Penggunaan cara perdagangan untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia ini membuahkan hasil yang baik. sehingga hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakatIndonesia dan para pedagang yang datang.[13]
2.      Pernikahan
Setelah melalui jalur perdagangan, berikutnya melalui jalur pernikahan atau perkawinan anatara para pendatang yang bergama muslim dengan para penduduk pribumi. Cara ini dinilai menjadi cara paling mudah dalam penyebaran agama Islam. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara dua individu yang membentuk suatu keluarga dan nantinya akan membentuk suatu masyarakat, yang disini berarti akan membentuk masyarakat Muslim.
3.      Tasawuf
Tasawuf merupakan salaah satu cara yang penting dalam proses pengislaman di Indonesia ini. Tasawuf termasuk kategor yang berfungsi membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke 13 dan ke 18. Hal ini berkaitan langsung dengan penyebaran gama islam di Indonesia.[14] Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam keserdehanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya.
Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur Tasawuf, yaitu proses pengislaman dengan mengajarkan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran-ajaran agama yang ada yaitu gama Hindu ke dakam ajaran islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima.[15]
4.      Kesenian
Penyebaran agama islam di Indonesia juga dengan kesenian. Pengislaman melalui seni, seperti seni bangunan, seni pahat, seni tari, musik dan juga sastra. Mislanya pada seni bangunan masjid kuno demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten. Selain itu juga dengan pertunjukan wayag, yang digemari masyarakat Indonesia. Melalui cerita-cerita pewayangan tersebutkan disispkan ajaran-ajaran agama Islam. Seni gamelan yang ada dalam pewayangan tersebut dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan pwayangan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.[16]
5.      Politik
Pengaruh seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Indonesia ini. Ketika seorang pemimpin memeluk agama Islam. Makan tidak sulit untuk memuat masyarakatnya untuk memeluk agama Islam juga, karena rakyatnya juga akan mengikuti jejak pemimpinnya. Rakyat pada masa itu memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan pemimpinnya yang sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Pengaruh politik dari seorang pemimpin sangat membantu penyebaran islam di Indonesia ini.[17]
Dari beberapa cara islamisasi di atas, carakesenian lah yang paling dominan untuk mengislamisasikan penduduk pribumi.disini dapat dilihat dari strategi pengislamisasian lewat kesenian dinilai lebih komunikatif, luwes dan tanpa kekerasan.
Snouck Hurgronje dalam tulisannya Islam di hindia Belanda mengemukakan pengamatanya bahwa agama Islam yang telah diterima oleh bangsa Indonesia, sebelumnya sudah mengalami proses penyesuaian dengan gama Hindu, sehingga amat mudah menyelaraskan diri dengan agama Hindu campuran yang ada di Indonesia. Agama islam di Hindia Timur masih tetap memperlihatkan bekas-bekas negeri (asalnya) yang tidak dapat disangkalkan , yaitu Hindia Muka.[18]dengan demikian, tampak bahwa sebelum datangnya Islam, peran mistik yang berkembang pada masa Hindu dan muda sangat berpengaruh hingga datangnya Islam.
Dengan warna Islam yang sudah bercampur dengan mistik inilah menurut Syamsul Wahidin, lebih sesuai dengan kondisi Indonesia pada waktu itu. Oleh karena itu para penyebar agama Islam lebih memilih media yang komunikatif dalam dakwahnya dengan kesenian yangakhirnya menimbulkan efek seolah-olah melestarikan nilai-nilai tradisional pra Islam.[19]
D.    Perkembangan Islam di Indonesia Masa Kerajaan-kerajaan
Islam dimulai di Indonesia di wilayah ini lewat kehadiran orang-orang pemeluk Islam yang singgah di Indonesia. Dengan usaha mereka semua itu, Islam tersebar sedikit demi sedikit dan secara perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara besar-besaran ketika dakwah telah memiliki orang-orang yang khusus menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan Islam mulai terbentuk di Indonesia ini.[20] Berikut adalah kerajaan-kerajaan yang memiliki pengaruh:
1.      Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan ini adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Tumbuhnya kerajaan ini tidak bisa dipisahkan dari letak geografisnya yang menjadi jalur pelayaran perdagangan internasional, yang membuatnya menjadi lalu lalang para pedagang asing. Juga menjadi tempat transmigrasi oleh para pedagang asing.
Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke- 13 M antara tahun 1270-1275. Kerajaan samudra pasai ini didirikan oleh Sultan Ms-Saleh, dan menjadi raja yang pertama, dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, pada masa pemerintahan Raja pertama ini Samudra Pasai merupakan kerajaan yang besar dari wilayah Aceh sendiri.[21]
Gelar malik Al-Shaleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile atau merah Selu. Ia masuk Islam karena bertemu dengan Syaikh Ismail utusan Syarif mekah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik Al-saleh.[22]
Pada Abad ke 16 kerajaan Samudra Pasai ini tengah mengalami beberapa kemajuan dibidang politik pemerintahan, keagamaan, pertanian dan perdagangan.[23]
Kerajaan Samudra Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian pada tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh, dan selanjutnya kerajaan Samudra Pasai ini berada di bawah kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.[24]
Pada masa kejayaannya kerajaan ini  menjalin hubungan yang sangat baik dengan kerajaan Islam lainnya, seperti hubungan dengan kerajaan Malaka. Hubungan kedua kerajaan ini sampai terbawa kepada pernikahan politik antara ke dua kerajaan besar Islam ini. Hubungan Samudra Pasai dengan daerah-daerah lain di Indonesia seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa dibuktikan dengan kesamaan bentuk makan yang ada di Samudra Pasai dan pada daerah-daerah tersebut.[25]
2.      Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka merupakan jalur lalulintas bagi pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia.
Letak geografis Malaka sangat menguntungkan, yang menjaadi jalan anatara Asia Timur dan Asia Barat. Dengan demikian malaka dikenal sebagai gerbang Nusantara, dan kerajaan Malak menjadi salah satu kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya dan juga penyebaran Islam.[26]
Setelah malaka menjadi kerajaan Islam, parapedagang, mubaligh dan guru dari negeri Timur Tengah dan India makin ramai mendatangi kota Bandar Malaka. Dari bandar ini, Islam di bawa ke pattani dan tempat lainnya di semenanjung seperti pahang, Johor dan perlak.[27]
Kerajaan Malaka ini menjalin hubungan baik dengan Jawa, mengingat bahwa malaka memerlukan bahan-bahan pangan dari Jawa untuk memenuhi kebutuhan kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang pangan dan rempah-rempah harus selalu cukup untuk melayani semua pedagang-pedagang.[28]
Selain dengan Jawa, malaka juga menjalin hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedagang pasai membawa lada ke pasaran malaka. Dengan datangnya pedagang Jawa dan Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi ramai lagi. Selain dibidang ekonomi, malaka juga maju dalam bidang keagamaan. Banyak alim ulama datang dan ikut mengembangkan agama islam di kota ini.
Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah untuk masuk islam dan kesultanan Malaka merupakan pusat perdagangan Internasional anatara barat dan Timur, Malaka menjadi pelabhan transit. Dengan didudukinya kesultanan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511, maka kerajaan di Nusantara menjadi berkembang karena jalur Selat Malaka tidak digunakan ;agi oleh pedagang Muslim.[29]
3.      Kerajaan Aceh (920-1322H/1514-1904M)
Pada abad ke 16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagian utara pulau Sumatra. Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah utara hingga sebelah selatan di daerah Indrapura sebelum di bawah pengaruh Aceh, yang tadinya meupakan daerah pengaruh Minangkabau. Yang menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (1514-1528), ia berhasil melepaskan Aceh dari Pidie. Aceh menerima Islam dari Pasai yang kini menadi bagian wilayah Aceh dan pergantian agama diperkirakan terjadi mendekati pertengahan abad ke 14.[30]
Aceh mengalami kemajuan ketika saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya dagang di Malaka kemudian memindahkan perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis menguasai Malaka. Maka daerah pengaruhnya yang terdapat di Sumatra mulai melepaskan diri dari Malaka, dan hal ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Dibawah kekuasaan Ibrahim, kerajaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya, bahkan operasi-operasi militer diadakan juga bertujuan untuk memperbaiki ekonomi.[31]
Aceh menjalin hubungan yang baik dengan Turki dan negara-negara islam yang lain. Dimana ketika Aceh menghadapi balatentara Portugis Aceh meminta bantuan kepada Turki.[32]
Kejayaan kerajaan Aceh pada puncaknya ketika diperintahkan oleh Iskandar Muda. Ia mampu menyatukan kembali wilayah yang telah memisahkan diri dari Aacegke bawah kekuasaannya kembali. Pada masanyaAceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir Timur dan Barat Sumatera. Dibawah pemerintahan IskandarMuda ini, kerajaan Aceh tidak meminta bantuan Turki Usmani untuk mengalahkan Portugis. Sultan kemudian bekerjasama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.[33]
Setelah Iskandar Muda digantikan oleh Iskandar Tsani, Aceh terus berkembang untuk beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetap tatkala beberapa sultan perempuan menduduki singgasana tahun 1641-1699, beberapa wilayah taklukannya lepas dan kesultanan menjadi terpecah belah. Pada abad 18 Aceh hanya sebagaikenangan masa silam dan akhirnya kesultanan Aceh menjadi mundur.
4.      Kerajaan Demak (918-960H/1512-1552 M)
Di jawa Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan), mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan sering kali seorang raja seolah-olah baru sah seorang raja kalau ia sudah diakui dan diberkahi wali songo.[34] Para wali menjadikan demak sebagai pusat dari penyebaran agama Islam. Kerajaan ini berlangsung kira-kira abad 15 sampai 16 M.
Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang  berkembang di pantai utara Pulau Jawa. Pada abad 16, Demak telah menguasai seluruh Jawa. Setelah Raden Patah berkuasa kira-kira diakhir abad ke 15 hingga abad ke 16, dan digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus, dan kemudian digantikan oleh Trenggono yang memerintah pada tahun 1524-1546 dan menguasai beberapa daerah.[35]
Seiring dengan perkembangan kerajaan Islam bersamaan juga dengan melemahnya majapahit. Hal ini memberi peluang untuk para raja-raja Islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan.
5.      Kerajaan Banten (960-1096 H/ 1552-1684 M)
Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke 16 etelah pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindari Malaka yang sejak tahub 1511 telah dikuasai oleh Portugis. Dilihat dari geografisnya, Banten merupakan pelabuhan yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasaan Selat Sunda, yang menjadi urat nadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indonesia di bagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan teruatama waktu selat Malaka di bawah pengawasan politik Portugis di Malaka. Sebelum Islam datang, Banten sudah menjadi kota yang berarti. Kerajaan islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten Girang dipindahkan ke kota Surososwan, di Banten lama dekat dengan pantai. Pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara jawa dengan pesisir Sumatera, melalui selat sunda dan samudera Indonesia. Situasi ini berkaitan dengan dikuasainya Malaka oleh portugis dan para pedagang yang segan berhubungan dengan portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda.[36]
6.      Kerajaan Goa (1078 H/ 1667 M)
Kerajaan ini terletak di semenanjung Selatan Sulawesi, kerajaan ini menerima Islam pada tahun1605 M. Rajanya yang terkenal dengan nama Tumaparisi-kallona ang berkuasa pada akhir abad ke 15 dan permulaan abad ke 16.[37] Kerajaan Goa-Talloo ini menjalin hubungan dengan Ternte yang telah menerima Islam dari gresik. Penguasa ternate pernah mengajak penguasa Goa Tallo untuk masuk Islam namun tidak membuahkan hasil. Raja pertama dari kerajaan ini yang memeluk agama Islam adalah Sultan Alauddin pada tahun 1605 M.[38]
Kerajaan Goa-tallo mempunyai trasdisi yaitu mengharuskan seseorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain. Oleh hal itu Raja-raja dikerajaan ini mulai menyebarkan ajaran islam, dan meluaslah pemahaman islam di daerah Luwu, Wajo, Sopeng, dan Bone. Luwu terlebih dahulu masuk Islam, sedangkan daerah Wajo dan Bone harus melalui peperangan terlebih dahulu.[39]
7.      Kerajaan Maluku
Kerajaan Maluku terletak dibagian daerah Indonesia bagian timur. Kedatangan Islam ke maluku ini juga melalui jalur perdagangan. Menururt tradisi setempat, sejak abad ke 14 islam sudah datang di daerah Maluku, Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Marhum di ternate. Raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-Abidin (1486-1500), ia sendiri mendapatkan ajaran agama dari madrasah Giri.
Karena Islam masih baru di Ternate ini, potugis yang sampai di sana pada tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama Kristen namun usaha mereka tersebut tidak berhasil. Dalam masa islamisasi di maluku ini, menghadapai persaingan politik dan monopoli perdagangan diantara orang-orang Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Persaingan diantara pedagang-pedagang ini yang akhirnya membuat daerah Maluku jatuh ke bawah kekuasaan politik dan ekonomi komponen belanda.[40]
E.     Hubungan antara Kerajaan-Kerajaan
Hubungan antara satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lainnya pertama-tama memang terjalin karena persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya, mengambil bentuk kegiatan dakwah. Kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri untuk  memperluas wilayah. Dalam bidang politik, agama pada mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi.
Jaringan antara kerajaaan Islam yang tercipta adalah jaringanPolitik, dimana satu kerajaan dengan kerajaan lain saling membantu untuk menaklukan orang-orang dari non islam.
Hubungan antara kerajaan-kerajaan Islam ini lebih pada dalam budaya dan keagamaan. Seperti Samudra Pasai dan Aceh yang terkenal dengan Serambi Mekkah menjadi pusat penyebaran dan pengajaran agama Islam. [41]



F.     Penutup
1.      Islam masuk ke Indonesia melalui empat Jalur, yaitu Jalur Arab, Cina, India, Eropa dan juga melalui orang pribumi sendiri. Jalur yang sangat dominan adalah jalur dari China yang telah banyak bukti dan fakta yang ditemukan.
2.      Pengislamisasian di Indonesia itu ada lima cara, yaitu dengan perdagangan, pernikahan, tasawuf, kesenian, dan juga politik. Jalur yang sangat dominan dilakukan adlaah melewati jalur kesenian yang komunikatif dan seperti melestarikan budaya sebelumnya.
3.      Kerajaan-kerajaan Islam yang berpengaruh dalam penyebaran Islam sebelum datangnya belanda yaitu: Kerajaan Malaka, Kerajaan Aceh, Kerajaan Banten, Kerajaaan Demak, Kerajaan Goa, dan Kerajaan Maluku. Kerajaan-kerajaan tersebut saling membantu dalam hal politik. Dalam hal menjatuhkan Portugis dan juga Belanda.


Daftar Pustaka
Abdullah ,Taufik. 1992. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: MUI
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam, Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:Akbar Media
Edyar, Busman, dkk. 2009. Sejarah peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Asatruss
Hungronje, Snouck. 1983. Islam di Hindu Belanda. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Ismail M, Gade,. 1997. Pasai dalam Perjalanan Sejarah. Jakarta: Cv. Putra Sejati Raya.
Mas’ud, Abdurrahman. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Muljana, Slamet. 2007. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa Dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta. LKIS
Ricklefs, M. C.,1991. Sejarah Indonesia Modern Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka
Wahidin, Syamsul, & Abdurrahman. 1984. Perkembangan Ringkas Hindu Islam di Indonesia. Jakarta Akademia Presindo.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II. Jakarta. PT Raja Gravindo Persada.
Yatim, Badri. 1998. Sejarah Islam di Indonesia. Jakarta: Depag




[1] Abdurrahman Mas‟ud, Sejarah Peradaban Islam (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), 181
[2] M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hlm. 3
[3] Kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara dalam upayanya memperluas kekuasaannya ke Semenanjung Malaka sampai kedah dapat dihubungkan dengan bukti-bukti prasasti 775, berita-berita Cina dan Arab abad ke 8 sampai ke 10 M. Hal ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan Internasional.
[4] Busman Edyar, dkk. Sejarah peradaban Islam. (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009). Hllm. 207
[5] Kerajaan ini dirintis oleh Malik Ash-Shaleh (659-688H/1261-1289M).( Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hlm. 195).
[6] Mereka mendasarkan pada keterangan Marcopolo yang pernah singgah untuk beberapa lama di Sumatra, ketika itu ia menyaksikan bahwa perlak di Ujung Utara pulau sumatra penduduknya telah memeluk agama Islam.(Badri Yatim. Sejarah Islam di Indonesia.(Jakarta: Depag. 1998). Hlm. 30).
[7] Islam berasal dari Gujarat dngan dasar batu Nisan sultan pertama dari kerajaan Samudera Pasai, yakni nisan al-Malik al-Saleh yang wafat pada tahun 1297. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa relief nisan tersebut bersifat Hinduistis yang memounyai kesamaan dengan Nisan yang terdapat di Gujarat.(Badri Yatim, Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Depag 1998)
[8] Badri Yatim, sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007), hlm 191.
[9] Badri Yatim, sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007), hlm 191
[10] Slamet Muljana. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya Nragara-Negara Islam di Indonesia. Yogyakarta; LKIS. 2007. Hal: 83
[11] Slamet Muljana. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya Nragara-Negara Islam di Indonesia. Yogyakarta; LKIS. 2007. Hal: 85
[12] Slamet Muljana. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya Nragara-Negara Islam di Indonesia. Yogyakarta; LKIS. 2007. Hal: 103
[13] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:Akbar Media, 2003). Hlm 36
[14] Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).hlm 109
[15] Busman Edyar, Sejarah Peradaban Islam, (jalarta: Pustakan asatruss, 2009) hlm 208.
[16] Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).hlm 207
[17] Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).hlm 206.
[18] Snouck Hungronje, islam di Hindu Belanda (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1983), hal 9.
[19] Syamsul Wahidin dan Abdurrahman. Perkembangan Ringkas Hindu Islam di Indonesia (jakarta: Akademia Presindo. 1984) hal 290
[20] Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta:Majlis Ulama Indonesia, 1991), hlm 39.
[21] Gade Ismail, M. Pasai dalam Perjalanan Sejarah (Jakarta: Cv. Putra Sejati Raya, 1997), hlm 3.
[22] A. Hasyimy. Sejarah Masuk dan berkembagnya Islam di Indonesia (PT Almaarif, 1989), hlm 420.
[23] Soejono, R.Z Sejarah Nasional Indonesia III (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm.23
[24] Taufik Abdullah. Sejarah Umat Islam Indonesia. (Jakarta: MUI, 1992), hlm. 55
[25]  Gade Ismail, M. Pasai dalam Perjalanan Sejarah (Jakarta: Cv. Putra Sejati Raya, 1997), hlm29
[26] Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).hlm 18
[27] Busyan edyar, dkk, op.cit., hlm. 190
[28]Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).hlm 18
[29] Busman Edyar, Sejarah Peradaban Islam, (jalarta: Pustakan asatruss, 2009) hlm. 190
[30] Badri Yatim. sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007) 209
[31] Uka Tjandrasasmita. Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).Hlm.21
[32] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007) , hlm.209
[33] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007) hlm.  210
[34] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).hlm 197.
[35] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).hlm 24
[36] Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari hlm. 43.
[37] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka hlm 29.
[38] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka hlm 30.
[39] Badri yatim Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007) hlm 224.
[40] Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka hlm 12
[41] Badri Yatim.Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II. (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 1993) hlm 224.

No comments:

Post a Comment