Monday, June 4, 2018

Model Managemen Mutu “Malcolm Baldrige National Quality Award”

Model Managemen Mutu
Malcolm Baldrige National Quality Award
Oleh:
Selvi Budi Rahayu         (16771005)
Mahasiswa Prodi Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

A.    Latar Belakang
Mutu bagi setiap Institusi Mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang sangat penting. Mutu dianggap senagai suatu hal yang membingunngkan dan sulit untuk untuk diukur. Mutu dalam panda ngan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak mmiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.[1]
Mutu adalah sesuatu yang penting dalam strategi rekontruksi bagi Jepang setelah Perang Dubia II. Secara bertahap dan mantap menjalankan strategi ini, bangsa dengan pulau yang kecil ini telah bangkit seperti burung ajaib nebjadi tampak mendekati hegomoni dalam banyak Industri.[2]
Mutu merupakan sebuah kualitas. Dan sebuah kualitas juga harus mempunyai standart. Untuk mencapai mutu yang baik maka sebuag kualitas tersebut harus lebih baaik dari standard yang telah ditetapkan.
Melihat betapa pentingnya suatu mutu, sehingga dapat membuat Jepang sebagai negara yang besar berkat dengan mutunya yang bagus sehingga produknya banyak ditiru oleh beberapa negara. Maka tidak heran jika sangat banyak teori yang membahas tentang mutu. Juga terdapat beberapa penghargaan yang dijadikan sebagai pembuktian bahwa mutu dari suatu perusahaan adalah yang terbaik. Dari beberapa toeri dan penghargaan yang ada, salah satunya adalah Malcoln Baldrige National Quality Award.
Malcolm Baldrige National Quality Award merupakan penghargaan atas mutu kinerja yang diberikan kepada organisasi di Amerika Serikat. Penghargaan ini ditujukan hanya untuk perusahaan yang ada di Negara Amerika Serikat tidak untuk perusahaan di seluruh dunia.


B.     Sejarah Singkat Malcolm Baldrige National Quality Award
Malcolm Baldrige adalah menteri perdagangan Amerika Serikat (1981-1987) yang berkontribusi besar pada peningkatan mutu dalam berbagai aspek jangka panjang di Amerika Serikat. Namanya diabadikan dalam bentuk penghargaan (award) mutu dalam kategori manufaktur, jasa, usaha kecil, pendidikan dan kesehatan sejak 1987. Baldrige Award diciptakan sebagai motivator dan keinginan setiap organisasi untuk bersaing secara sehat dalam hal peningkatan mutu.[3]
Pada tahun 1987, The Malcolm Baldrige National Quality Improvement Act yang berkedudukan di USA, mengembangkan penghargaan United State Natinal Quality secara tahunan[4]. Kriteria penghargaan tersebut mencerminkan pemahaman Amerika Serikat akan masalah mutu dengan mengambil fokus yang lebih luas dari ISO 9000, mengaitkan pemikiran mutu dengan pengendalian dan kesesuain statistika.
Malcolm Baldrige NationalAward merupakan pengesahan mutu oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai bagian yang penting dari strategi usaha yang berhasil pada 1980 dan setelah tahun tersebut.[5]
Dengan menentukan suatu peraturan perbaikan mutu nasional, kongres (DPR) berusaha mendorong persaingan di Amerika Serikat lebih besar, melalui pengakuan dan penghargaan/pujian mengenai mutu yang terkenal dalam usaha Amerika. Sebagai suatu instrumen pemerintah, The Baldrige Award mencari jalan untuk perbaikan mutu dan produktivitas dengan carasebagai berikut[6]:
1.      Membantu menstimulir Amerika untuk memperbaiki mutu dan produktivitas untuk kebanggaan pengakuan dan memperoleh suatu kekuatan bersaing melalui biaya yang menurun dan laba yang meningkat.
2.      Menentukan petunjuk dan kriteria yang dapat digunakan oleh usaha, industri, pemerintah, dan organisasi lain dalam menilai usaha perbaikan mutu mereka.
3.      Mengikuti pencapaian dari perusahaan-perusahaan yang memperbaiki mutu produk dan jasa mereka. Dengan demikian, memberikan contoh terhadap yang lainnya.
4.      Memberikan petunjuk khusus untuk organisasi Amerika lain yang ingin belajar bagaimana mengelola mutu yang tinggi dengan menyediakan informasi yang terinci mengenai bagaimana organisasi yang berhasil dapat mengubah kultur mereka dan mencapai kemasyhuran mutu.
Malcolm Baldrige adalah US Secretary of State for Cinnerce (Menteri Perdagangan) Tahun 1981-1987. Pada bulan Agustus 1986, Don Fuqua (Anggota Konggres AS) mengajukan UU Bill 5321 sebagai usulan untuk membuat Bational Quality Award, dan pada Tanggal 20 Agustus 1987, Presiden Reagan menandatangani Malcom Baldrige National Quality Improvement Act of1987 menjadi UU (public Law 100-107). Penghargaannya dinamakan Baldrige Award (BA). Baldrige Award diberikan kepada tiga kategori organisasi[7] : 1) organisasi manufaktur, 2) organisasi bisnis kecil, dan 3) organisasi jasa.
Penghargaan BA hanya terbuka bagi organisasi-organisasi yang berlokasi di AS atau bagian-bagiannya. Untuk mengajukan permohonan penghargaan ini, sebuah organisasi harus mengajukan sebuah laporan yang menjelaskan tentang pencapaian atas kriteria penghargaan sebagai bahan pertimbangan. Kemudian, dewan juri mempertimbangkan setiap laporan dan memberikan nilai untuk setiap butir. Nilai-nilai ini kemudiam dijumlahkan untuk menentukan satu nilai secara keseuruhan, dengan nilai tertinggi adalah 1000. Perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai tinggi dari daftar tertulis yang diserahkan, dikunjungi selama 3-4 hari oleh sebuah dewan juri unutk memastikan bahwa penjelasan-penjelasan yang diajukan akurat. Pada akhir proses penilaian, masing-masing perusahaan menerima sebuah laporan umpan balik tentang kinerja mereka.
Pada empat bulan pertama pada tahun 1989, The NationalInstitute of Standard and Technology (NIST) di Amerika Serikat (pengelola pemberian hadiah tersebut) mengirim kurang lebih 25.000 formulir aplikasi yang terdiri atas 192 butir kriteria Baldrige untuk menilai mutu organisasi secara keseluruhan. Pada tahun 1990, mereka dibanjiri permintaan lebih dari 180.000 pelamar.
Dalam pelaksanaan, formulir aplikasi tersebut ditelaah oleh Baldrig Foundation tanpa diberi dana dari pemerintah Amerika Serikat. Biaya penelaahan diperoleh terutama melalui biaya aplikasidan sebagai bantuan.
Melalui usaha sukarela yang ekstensif oleh para anggota badan penguji (bood of examiners), biaya penelaahan aplikasi dipertahankan tetap minimum. Sesungguhnya, mutu telah menjadi kebutuhan sangat mendesak bagi sejumlah perusahaan Amerika yang sedang berkembang. Pada era ini, kompetensi pasar dari penjualan kendaraan dan semi konduktor serta pengiriman paket dan jasa keungan mengalami peningkatan secara cepat.
Di sisi lain, pesaing luar negeri sering menikmati biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan dukungan kebijakan aktif dari pemerintah. Untuk menghadapi hal tersebut, perusahaan Amerika mulai menerapkan “company-wide total quality management” sebagai suatu strategi untuk mengurangi biaya, memperbaiki produktivitas, dan meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Semuanya cenderung diterjemahkan ke dalam pangsa pasaryang meningkat, laba yang lebih tinggi, dan daya saing serta keseluruhannya yang lebih besar.
Walapun banyak teknik analisis pengendalian mutu yang paling umum digunakan dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang mentransformasikan mutu dari analisis statistik yang hanya dimengerti oleh beberapa orang. Analisis ini digunakan terutama untuk pengendalian keankeragaman (variablity) dalam proses manufakturing dan dijadikan sebagai suatu sistemnilai yang mempunyai implikasi pencapaian yang luas untuk hampir semua aktivitas usaha.
Hingga tahun 2007, metode Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellent (MBCfPE) telah diadopsi oleh puluhan ribu perusahaan di lebih dari 70 negara didunia. MBCfPE banyak diadopsi karena di dalam penilaiannya dimuat aspek kepemimpinan yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Indonesia juga mengadopsi MBCfPE dan dijadikan Indonesian Quality Award (IQA) sebagai penghargaan atas kinerja BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Penghargaan kepada BUMN dimaksudkan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dari BUMN dalam menghadapi persaingan global, yaitu dengan meningkatkan kinerja BUMN secara menyeluruh dan terpadu dengan berbasiskan pada Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence, yang sudah dikenal di dunia bisnis internasional terutama di Amerika Serikat.
Tujuan Baldrige National Quality Award adalah sebagai berikut[8]:
1.      Mempromosikan kesadaran kualitas.
2.      Memberikan penghargaan atas pencapaian kualitas.
3.      Mempublikasikan keberhasilan strategi penerapan manajemen kualitas.
Secara umum Baldrige assessment bertujuan untuk mengukur kinerja. MBNQA merupakan program penghargaan berdasarkan pencapaian organisasi terhadap Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE), yang sering disingkat dengan Kriteria Baldridge (Baldridge Criteria). MBCfPE merupakan panduan manajemen terbaik untuk membuat sebuah perusahaan menjadi unggul, bermutu tinggi, atau kelas dunia. Tujuan MBCfPE dalam meningkatkan daya saing bagi suatu perusahaan atau organisasi menurut Haris[9] adalah :
a.    Membantu meningkatkan praktik-praktik kinerja organisasi, kemampuan dan hasil-hasil.
b.    Memudahkan komunikasi dan sharing informasi tentang praktik-praktik terbaik di antara organisasi-organisasi.
c.    Sebagai alat manajemen untuk memahami dan mengelola kinerja serta sebagai pedoman perencanaan dan kesempatan untuk pembelajaran.

C.    Kriteria Malcolm Baldrige National Quality Award
Kriteria MBNQA terdiri dari tujuh pengukuran, masing-masing memberikan sejumlah tertentu nilai penghargaan[10] . Tujuh pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Kepemimpinan
Kepemimpinan menguji kepemimpinan personal eksekutif senior dan keterlibatannya dalam menciptakan dan meningkatkan fokus pada pelanggan, harapan dan nilai, dan sistem kepemimpinan yang memajukan keunggulan kinerja juga menguji bagaimana nilai dan harapan diintegrasi ke dalam sistem manajemen, termasuk bagaimana perusahaan memperhatikan tanggung jawab terhadap publik dan anggota perusahaan.
2)      Informasi dan analisis
Menguji manajemen dan efektivitas dari penggunaan data dan informasi untuk mendukung kinerja yang dipicu oleh pelanggan dan kesuksesan pasar.
3)      Perencanaan stratejik
Menguji bagaimana strategi yang dimiliki perusahaan dan bagaimana ketentuan persyaratan kunci yang ditetapkan. Juga menguji bagaimana persyaratan rencana tersebut diterjemahkan ke dalam efektivitas kinerja sistem manajemen.
4)      Manajemen dan pengembangan sumber daya manusia
Menguji bagaimana kekuatan kerja mampu membangun dan menggunakannya secara potensial sehubungan dengan tujuan kinerja perrusahaan.
5)      Manajemen proses
Menguji aspek kunci dari proses manajemen termasuk desain yang berfokus dan pelanggan, proses penghantaran produk dan jasa, pelayanan pendukung, dan manajemen pemasok yang terlibat dalam semua unit kerja termasuk penelitian dan pengembangan.
6)      Hasil bisnis
Menguji kinerja perusahaan dan peningkatan dalam area bisnis kunci, seperti: kualitas produk dan jasa, efektivitas operasional dan produktivitas, kualitas pemasok, dan kinereja keungan. Juga menguji tingkat kinerjanya secara relatif terhadap pesaing.
7)      Fokus pada pelanggan dan kepuasan
Menguji sistem perusahaan untuk mempelajari pelanggan dan membangun dan merawat kemitraannya dengan pelanggan. Juga menguji tingkat dan kecenderungan dalam ukuran kunci dan kesuksesan bisnis, yaitu kepuasan dan retensi pelanggan, pangsa pasar, dan kepuasan pelanggan secara relatif terhadap pesaing.
Hal tersbut diatas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nasution[11] dalam bukunya bahwa kriteria Baldrige berfokus pada 7 area topik yang secara integral dan dinammis berhubungan. Tujuh area topik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Leadership
2.      Information and analysis
3.      Strategic suality planing
4.      Human resource management
5.      Quality assurance of product and service
6.      Quality results
7.      Customer stisfaction.

Hertz juga mengungkapkan bahwa terdapat tujuh kategori yang dinilai dalam Baldrige Assessment[12], yaitu:
1.    Kepemimpinan/ Leadership (120 poin)
2.    Perencanaan Strategik/  Strategic Planning (85 poin)
3.    Fokus Pelanggan/ Customer Focus (85 poin)
4.    Pengukuran, Analisis, dan Manajemen Pengetahuan/ Measurement, Analysis, and Knowledge Management (90 poin)
5.    Fokus Tenaga Kerja/ Workforce Focus (85 poin)
6.    Fokus operasi kerja/ Operation Focus (85 poin)
7.    Hasil-hasil/ Results (450 poin)


Skor total dari Baldrige assessment adalah 1000 poin. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kriteria dalam Baldrige assessment:

1.       Leadership (120 poin)
Kepemimpinan menunjukkan bagaimana para pemimpin senior bisa memandu dan menopang organisasi, mengatur visi organisasi, nilai-nilai, dan ekspetasi performance. Perhatian diberikan kepada bagaimana para pemimpin senior berkomunikasi dengan staff, mengembangkan masa depan para pemimpin, dan menciptakan suatu lingkungan yang mendorong perilaku etis dan formance yang tinggi.
Kategori ini juga meliputi sistem penguasaan organisasi, di mana penguasaan organisasi dilakukan secarara sah dan bertanggung jawab etis kepada publik, mendukung masyarakatnya, dan juga menyokong kesehatan masyarakat. Kategori Leadership dibagi ke dalam dua sub kategori/item yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a.    Senior Leadership (70 poin)
     Item penilaian senior leadership menguraikan bagaimana para pemimpin senior memandu dan menopang organisasi. Item penilaian ini akan menggambarkan bagaimana para pemimpin senior berkomunikasi dengan mengorganisir dan mendorong performance yang tinggi. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Vision, Values and Mission
2)   Communication and Organizational Performance
b.    Governance and Societal Responsibilities (50 poin)
     Item penilaian Governance and Societal Responsibilities menguraikan mengenai sistem penguasaan organisasi. Item penilaian ini juga menguraikan bagaimana organisasi menunjukkan tanggung jawabnya kepada publik, memastikan perilaku etis, membangun hubungan yang baik, dan berperan untuk kesehatan masyarakat. Dalam item ini terdapat tiga poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Organizational Governance
2)   Legal and Ethical Behavior
3)   Societal Responsibilities and Support of Key Communities

2.      Strategic Planning (85 poin)
Kategori perencanaan strategis menguji bagaimana cara mengembangkan sasaran hasil dan rencana tindakan strategis. Hal yang juga diuji adalah bagaimana cara memilih sasaran hasil dan rencana tindakan yang strategis untuk disebarkan dan diubah jika keadaannya berubah, dan bagaiamana kemajuan dalam mengukurnya. Kategori Strategic Planning kemudian dibagi kedalam dua item yaitu sebagai berikut:
a.    Strategy Development (40 poin)
     Item ini menguraikan bagaimana cara organisasi menetapkan strateginya dan sasaran hasil yang strategis, mencakup bagaimana menunjukkan tantangan strategis, meringkas sasaran hasil strategis dan tujuan. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Strategy Development Process
2)   Strategic Objectives
b.    Strategy Implementation (45 poin)
Stategy Implementation menguraikan bagaimana organisasi mengkonversi sasaran hasil yang strategis ke dalam rencana tindakan yang berhubungan dengan ukuran performance atau kunci indikator. Merancang organisasi untuk performance masa depan pada ukuran performance atau kunci indikator. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Action Plan Development and Deployment
2)   Performance Projections

3. Customers Focus (85 poin)
Fokus terhadap pelanggan menguji bagaimana suatu organisasi menentukan kebutuhan, harapan, dan pilihan pelanggan. Hal lainnya yang diuji adalah bagaimana organisasi membangun hubungan pelanggan, menentukan faktor pokok yang mendorong ke arah tujuannya, kepuasan dan kesetiaan pelanggan dan juga ekspansi ke pelayanan kesehatan dan perluasan. Kategori ini selanjutnya dibagi lagi menjadi dua item, yaitu:
a.    Voice of The Customer  (45 poin)
     Item ini menguraikan bagaimana organisasi menentukan kebutuhan, harapan, pilihan pelanggan dan juga pasar untuk memastikan keterkaitan jasa pelayanan kesehatan dan mengembangkan peluang baru dalam jasa pelayanan kesehatan. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Patient and Stakeholder Listening
2)   Determination of Patient and Stakeholder Statisfaction and Engagement

b.    Customer Engagement (40 poin)
     Item ini menguraikan bagaimana organisasi membangun hubungan untuk memperoleh, mencukupi, dan mempertahankan pelanggan, meningkatkan kesetiaan dan untuk mengembangkan peluang baru jasa pelayanan kesehatan. Item ini juga menguraikan  bagaimana organisasi menentukan kepuasan pasien dan pelanggan lain. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Health Care Service Offering and Patient and Stakeholder Support
2)   Building Patient and Stakeholder Relationship

4. Measurement, Analysis, and Knowledge Management (90 poin)
Kriteria measurement, analysis, and knowledge ini menguji bagaimana suatu organisasi memilih, mendapatkan, menganalisa, mengatur, dan mengembangkan data, informasi, dan aset pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu juga menguji bagaimana suatu organisasi meninjau ulang performanya. Dalam kriteria ini terdapat dua sub kriteria yang akan memudahkan penguji dalam melakukan scoring, yaitu:
a.    Measurement, Analysis, and Improvement  of Organization Performance (45 poin)
     Menggambarkan bagaimana suatu organisasi mengukur, menganalisa, menyusun, meninjau ulang, dan mengembangkan performanya sebagai penyedia layanan kesehatan pada semua level. Dalam item ini terdapat tiga poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Performances Measeurement
2)   Performances Analysis and Review
3)   Performances Improvement
b. Management of Information, Knowledge, and Information Technology (45 poin)
     Menggambarkan bagaimana suatu organisasi memastikan kualitas dan ketersediaan data dan informasi yang diperlukan oleh staff, supplier, partner lain, pasien dan pelanggan lainnya. Selain itu, juga menngambarkan bagaimana suatu organisasi membentuk dan mengatur pengetahuan yang dimilikinya. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Data, Information, and Knowledge Management
2)   Management of Information Resources and Technology

5. Workforce Focus (85 poin)
           Kriteria workforce focus memeriksa kemampuan organisasi untuk menilai  kapabilitas dan kapasitas  tenaga kerja serta  membangun lingkungan kerja yang kondusif untuk kinerja yang baik. Kriteria workforce focus juga melihat  bagaimana organisasi menggerakkan, mengelola, dan mengembangkan potensi tenaga kerja sejalan dengan misi organisasi, strategi, dan rencana tindakan perusahaan. Terdapat dua sub kriteria yang akan memudahkan penguji melakukan scoring, yaitu:
a.    Work Environment (40 poin)
     Menggambarkan bagaimana organisasi mengatur kapabilitas dan kapasistas staff untuk menyelesaikan pekerjaan organisasi tersebut. Juga untuk menggambarkan  bagaimana organisasi memelihara keselamatan, keamanan, dan iklim kerja yang mendukung. Dalam item ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)   Kapabilitas dan kapasitas tenaga kerja
Meliputi pertanyaan tentang skill, kompetensi, dan level staff. Termasuk juga bagaimana merekrut staff baru, cara menyelesaikan pekerjaan, dan cara mempersiapkan staff untuk pergantian manajemen.
2)   Iklim Kerja
Menggambarkan bagaimana suatu organisasi memelihara keselamatan, keamanan, dan lingkungan kerja yang mendukung. Juga menggambarkan bagaimana cara organisasi mengatur staffnya melalui kebijakan.
b.    Workforce Engagement (45 poin)
Menggambarkan  bagaimana organisasi bergerak, mengkompensasi, dan memberi penghargaan terhadap staff untuk mencapai kinerja tinggi. Selain itu juga menggambarkan penilaian terhadap  keterlibatan tenaga kerja dan menggunakan hasilnya untuk mencapai kinerja tinggi. Workforce Engagement juga menggambarkan bagaimana staff dan  pemimpin dikembangkan untuk mencapai kinerja yang tinggi. Dalam sub kriteria ini terdapat tiga poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)      Workforce performance
2)      Assessment of workforce engagement
3)      Workforce and leader development

6.    Operation Focus (85 poin)
Kriteria ini menguji bagaimana organisasi mendesain, mengelola, dan meningkatkan kerja sistem dan proses kerja untuk kepuasan pasien dan stakeholder serta  mencapai keberhasilan organisasi dan keberlanjutannya. Selain itu juga menguji kesiapan  organisasi untuk keadaan darurat. Terdapat dua sub kriteria yang akan memudahkan penguji dalam melakukan scoring.
a.       Work System (45 poin)
Sub kriteria ini menguji bagaimana organisasi mendesain, mengelola, dan meningkatkan kerja sistem untuk kepuasan pasien dan stakeholder. Juga menguji bagaimana organisasi menyiapkan diri untuk keadaan darurat dan mencapai keberhasilan yang berkelanjutan. Dalam sub kriteria ini terdapat tiga poin yang menjadi acuan scoring, yaitu;
1)      Work system design
2)      Work system management
3)      Emergency readiness
b.      Work Process (40 poin)
Sub kriteria ini menguji bagaimana organisasi mendesain, menegelola, dan meningkatkan kunci proses kerja untuk kepuasan pasien dan stakeholder juga untuk menguji bagaimana cara mencapai keberhasilan yang berkelanjutan. Terdapat dua poin yang menjadi acuan dalam scoring, yaitu:
a.      Work process design
b.      Work process management

7.    Organizational Performance Result (450 poin)
             Kriteria ini menguji kinerja dan peningkatan dari organisasi dalam lingkup hasil dari layanan kesehatan dan layanan yang diberikan, kepuasan pasien dan customer lainnya, kinerja dari financial dan pasar, hasil-hasil dari staff dan sistem kerja, kinerja operasional, tanggung jawab kepemimpinan dan masyarakat. Tingkat dari kinerja ini juga akan diuji oleh para pesaing dan organisasi lainnya yang bergerak dalam bidang yang sama, yaitu layanan kesehatan. Dalam kriteria ini terdapat lima sub kriteria yang akan memudahkan penguji dalam melakukan scoring.


a.         Health Care and Process Outcomes (100 poin)
       Merupakan hasil akhir dari kinerja pelayanan kesehatan suatu organisasi dan juga merupakan hasil dari pasien dan kelompok customer lain, dan pangsa pasar yang terkait. Termasuk data perbandingan yang diperlukan. Dalam sub kriteria ini terdapat tiga poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)       Patient-focused health care results
2)       Operational process effectiveness results
3)       Strategy implementation results
b.        Customer-Focused Outcomes (90 poin)
       Merupakan hasil-hasil yang berfokus pada pasien dan stakeholder, termasuk kepuasan, ketidakpuasan, dan keterlibatan pasien serta stakehorder. Juga menunjukkan  hasil yang telah dicapai organisasi pada kelompok customer dan pangsa pasar yang terkait. Termasuk juga data perbandingan yang ada. Dalam sub kiriteria ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)      Patient and stakeholder satisfication
2)      Patient and stakeholder engagements
c.         Workforce-Focused Outcomes (80 poin)
Merupakan ringkasan dari hasil kunci workforce-focused untuk lingkungan kerja dan keterlibatan staff. Segmentasikan hasil tersebut untuk menyelasaikan masalah keberagaman staff dan kelompok-kelompok staff. Termasuk juga data yang sesuai. Dalam sub kriteria ini terdapat empat poin yang menjadi acuan dalam proses scoring, yaitu:
1)      Workforce capability and capacity
2)      Workforce climate
3)      Workforce engagement
4)      Workforce development
d.      Leadership and Governance Outcomes (80 poin)
Merupakan kesimpulan dari hasil-hasil penguasa dari layanan kesehatan, pemimpin senior, dan tanggung jawab masyarakat. Termasuk bukti dari tingkah laku yang etis, perhitungan pajak, pemenuhan yang legal, dan anggota organisasi. Segmen dari hasil-hasilnya adalah unit-unit organisasi yang terrkait. Termasuk data perbandingan yang ada. Poin yang menjadi acuan dalam scoring yaitu:
1)      Leadership
2)      Governance
3)      Law, regulation, and accreditation
4)      Ethics
5)      Society
e.       Financial and Market Outcomes (80 poin)
       Merupakan kesimpulan dari layanan kesehatan masyarakat dan keuangan suatu organisasi sebagai hasil dari segmen pasar dan stakeholder atau pasien yang terkait. Termasuk data perbandingan yang ada. Dalam sub kriteria ini terdapat dua poin yang akan menjadi acuan dalam proses scoring, yakni:
1)      Financial erformance
2)      Marketplace performance

8)      Kelebihan Baldrige
Kriteria Baldrige assessment merupakan dasar dalam melakukan self-assessment sebuah perusahaan atau organisasi dalam memberikan penghargaan dan memberikan umpan balik kepada perusahaan atau organisasi dalam upaya menciptakan kinerja yang bermutu tinggi. Keunggulan dari Kriteria Baldrige adalah kemampuannya untuk memberikan penilaiaan secara menyeluruh dan terpadu. Kriteria Baldrige dibagi menjadi tujuh kriteria, dimana antar kriteria saling memiliki keterkaitan. 4 tujuan utama pada kriteria MBNQA antara lain :
a.    Membantu memperbaiki kinerja dan kemampuan organisasi
b.    Memberikan fasilitas komunikasi dan berbagai informasi dari best practices diantara organisasi pendidikan dan tipe-tipe organisasi yang lain.
c.    Memelihara perkembangan kemitraan yang melibatkan sekolah-sekolah, industri dan organisasi lain.
d.   Melayani sebagai alat kerja untuk memahami dan memperbaiki kinerja organisasi, dan menuntun dalam perencanaan dan pelatihan organisasi
Sasaran kriteria kinerja bermutu tinggi menurut Indonesian Quality Award Foundation, dirancang untuk membantu perusahaan atau organisasi menggunakan pendekatan yang terintegrasi dalam mengelola kinerjanya, yang bermuara pada :
a.    Penyampaian nilai terbaik yang bisa dibuat kepada pelanggan dan stakeholder sehingga dapat berkontribusi pada ketahanan dan keberlanjutan perusahaan atau organisasi.
b.    Perbaikan efektifitas dan kapabilitas perusahaan atau organisasi secara keseluruhan.
c.    Terjadinya pembelajaran organisasi maupun pembelajaran karyawan.
Gaspersz menyatakan, terdapat enam alasan yang mendasar mengapa organisasi-organisasi lokal maupun kelas dunia memilih Baldrige Assessment sebagai kerangka kerja dari sistem manajemen mereka yaitu[13] :
a.    Baldrige Assessment mampu mengidentifikasi setiap kekuatan dan kesempatan untuk perbaikan atau opportunities for improvement (OFI) dari berbagai area dalam organisasi yang berkaitan dengan tujuh kriteria MBNQA.
b.    Baldrige Assessment memberikan kerangka kerja untuk peningkatan menuju keunggulan kinerja dengan memberikan kebebasan kepada manajemen untuk melaksanakan strategi bisnis mandiri dan program-program peningkatan keunggulan kinerja.
c.    Baldrige Assessment merupakan kerangka kerja manajemen terintegrasi, mencakup semua faktor yang mendefinisikan organisasi, proses operasional dan hasilhasil kinerja yang jelas dan terukur.
d.   Baldrige Assessment berfokus pada persyaratan-persyaratan untuk mencapai keunggulan kinerja, bukan sekedar aplikasi, prosedur, alat atau teknik.
e.    Baldrige Assessment mudah beradaptasi dengan lingkungan bisnis, dapat diterapkan pada organisasi besar maupun kecil, organisasi lokal yang hanya beroperasi di suatu negara maupun kelas dunia yang beroperasi di banyak negara.
f.     Baldrige Assessment telah terbukti merupakan praktik manajemen global yang valid untuk meningkatkan keunggulan kinerja organisasi.
Alasan lain menggunakan Baldrige Assessment dalam melakukan pengukuran kinerja manajemen yaitu dapat meningkatkan kecepatan proses dan kualitas, membangun sistem kerja yang tinggi, menerjemahkan visi dan misi ke dalam strategi, dan membangun kesetiaan konsumen.
Kriteria Baldrige memiliki fokus pada keunggulan kinerja untuk keseluruhan organisasi dalam kerangka manajerial yang menyeluruh, mengidentifikasi dan menelusuri semua hasil-hasil organisasi yaitu pelanggan, produk/ jasa, keuangan, sumber daya manusia dan efektivitas organisasi. Pengukuran kualitas menggunakan Kriteria Baldrige memberi keuntungan karena memungkinkan organisasi melakukan Penilaian Mandiri (self assessment). Pengukuran mandiri berdasarkan Kriteria Baldrige dapat dilakukan pada berbagai jenis organisasi baik bisnis, nirlaba, pendidikan maupun kesehatan.
Kriteria Malcolm Baldrige juga dipakai untuk menyelesaikan masalah untuk mengetahui besarnya nilai kinerja perusahaan, posisi perusahaan di pasar, kelebihan dan kekurangan perusahaan serta mendapat kriteria kompetitif dan penetapan prioritas. Sementara itu, Kriteria Malcolm Baldrige juga telah diterapkan sebagai salah satu alat manajemen kualitas pada penyusunan strategi berdasarkan kondisi perusahaan baik internal maupun eksternal. Penerapan Kriteria Malcolm Baldrige tidak terbatas pada kebutuhan bisnis, tetapi juga masuk dalam bidang pendidikan[14].
http://rasto.staf.upi.edu/files/2016/03/Baldrige-Education-Criteria-for-Performance-Excellence-Framework.png

Gambar 1.1 : Baldrige Education Criteia for Performance Excellence Framework

9)      Malcolm Baldrige National Quality Award dalam ranah pendidikan
Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan dan/atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Di dalam proses akreditasi, sebuah sekolah/madrasah dievaluasi dalam kaitannya dengan arah dan tujuannya, serta didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah/madrasah sebagai sebuah institusi belajar. Walaupun beragam perbedaan dimungkinkan terjadi antar sekolah/madrasah, tetapi sekolah/madrasah dievaluasi berdasarkan standar tertentu. Standar diharapkan dapat mendorong dan menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan. Akreditasi merupakan alat regulasi diri(self-regulation)agar sekolah/madrasah mengenal kekuatan dan kelemahan serta melakukan upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahannya.
Dalam hal ini akreditasi memiliki makna proses pendidikan. Di samping itu akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam bentuk sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah/madrasah yang telah memenuhi standar layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses akreditasi dalam makna proses adalah penilaian dan pengembangan mutu suatu sekolah/madrasah secara berkelanjutan. Akreditasi dalam makna hasil menyatakan pengakuan bahwa suatu sekolah/madrasah telah memenuhi standar kelayakan yang telah ditentukan. Akreditasi ini juga merupakan slah satu bentuk dari  penilaian mutu. Untuk membuat suatu sekolah dapat terus meningkatkan akreditasinya maka mereka harus mempunyai sistem mutu yang bagus.
Kriteria pendidikan Malcolm Baldrige dibangun berdasarkan nilai dasar dan konsep-konsep yang merupakan dasar untuk mengintergrasikan kebutuhan pokok organisasi ke dalam kinerjan yang berorientasi pada hasil. Kriteria – kriteria itu sama dengan criteria yang telah disebutkan di atas. Hanya saja pengaplikasiannya terhadap organisasi yang ada dalam sekolah tersebut.

10)  Kesimpulan
Malcolm Baldrige NationalAward merupakan pengesahan mutu oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai bagian yang penting dari strategi usaha yang berhasil pada 1980.
Kriteria Baldrige berfokus pada 7 area topik yang secara integral dan dinammis berhubungan. Tujuh area topik yang dimaksud adalah sebagai berikut:
2.      Leadership
1.      Information and analysis
2.      Strategic suality planing
3.      Human resource management
4.      Quality assurance of product and service
5.      Quality results
6.      Customer stisfaction.
Kriteria Baldrige memiliki fokus pada keunggulan kinerja untuk keseluruhan organisasi dalam kerangka manajerial yang menyeluruh, mengidentifikasi dan menelusuri semua hasil-hasil organisasi yaitu pelanggan, produk/ jasa, keuangan, sumber daya manusia dan efektivitas organisasi. Pengukuran kualitas menggunakan Kriteria Baldrige memberi keuntungan karena memungkinkan organisasi melakukan Penilaian Mandiri.



[1] Nasution, Manajemen Mutu Terpadu. (Jakarta: Ghalia Indonesia.2001) hal. 236
[2] Edward Sallis, Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. ( jakarta: IRCiSoD. 2010) hal.  29
[3] Nasution, Manajemen Mutu Terpadu. (Jakarta: Ghalia Indonesia.2001) hal. 236
[4] Kunst, Paul. Quality Management and business performance in hospitals: A search for success parameters. Total Quality Management, Vol. 11, No. 8, 1123-1133
[5] Nasution, Manajemen Mutu Terpadu. (Jakarta: Ghalia Indonesia.2001) hal. 236
[6] Bounds, G. Beyond Total Quality Management Toward the Emerging Paradigma. New York: McGraw Hill. Inc. 1994. Hal. 483
[7] Kolarik, J. William, Creating Quality: Concepts, Systems, Strategies, and Tools, McGraw-Hill Book. 1995. Hal. 283
[8] Naution, Manajemen Mutu Terpadu. (Jakarta: Ghalia Indonesia.2001) hal. 237
[9] Saputra ,Ade Yolardi. Evaluasi Kinerja Pt. Balai Pustaka (Persero) Menggunakan Pendekatan Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence Sebagai Upaya Perbaikan Kinerja. Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/18996/Saputra.Diakses pada tanggal 1 April 2018
[10] Kolarik, J. William, Creating Quality: Concepts, Systems, Strategies, and Tools, McGraw-Hill Book. 1995. Hal. 283

[11] Naution, Manajemen Mutu Terpadu. (Jakarta: Ghalia Indonesia.2001) hal. 239
[12] Hertz, Harry S. 2011. 2011-2012 Criteria for Performance Excellencehttp://www.nist.gov . Diakses pada 6 April 2018

[13] Gaspersz, Vincent. 2007. Total Quality Managemen. PT Gramedia Pustaka. Jakarta. Hal. 146
[14] Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Cgizi. Hhttp//www.eurekaindonesia.org. 10 April 2018

No comments:

Post a Comment