MODEL SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 SERIES
Oleh:
ADELINA SARI
POHAN (16771004)
Mahasiswa Prodi
Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang
A.
Pendahuluan
Manajemen merupakan unsur penting dalam pelaksanaan setiap program organisasi,
termasuk di dalamnya adalah organisasi pendidikan, dalam lembaga pendidikan,
semua unsur-unsur pelaksanaan pendidikan akan berjalan dengan baik jika
dikelola dengan menggunakan konsep dan prinsip-prinsip manajemen.
Prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dengan benar dan baik akan berdampak
kepada efisiensi pelaksanaan program, meningkatnya kualitas dan produktivitas pendidikan yang pada akhirnya
menjadikan lembaga tersebut bermutu.
Manajemen dalam pelaksanaan program pendidikan bukanlah tujuan
tetapi alat atau metode untuk mencapai mutu dan meningkatkan performance
yang diharapkan, banyak cara dalam meningkatkan mutu diantaranya menggunakan
standar-standar sistem manajemen yang telah dirumuskan oleh lembaga-lembaga
penjamin mutu. Sistem manajemen yang kita kenal seperti Internasional
Standardization of Organization, Six Siqma, Malcolm Baldrige, Sigapur
Quality Award, Australian Quality Award, Japanese Agricalture Standard,
Internasional Hardwood Products Association, British Standard, Standar Nasional
Indonesia, dan Indonesian Plywood Standard.[1]
Kemampuan untuk bersaing di pasar global adalah kemampuan untuk
memenuhi atau melebihi standar-standar yang berlaku, dulunya banyak sekali
standar yang berbeda-beda bagi setiap produk-produk, tetapi dengan
berkembangnya pasar global, kebutuhan untuk keseragaman standar semakin
meningkat, karena mutu ditentukan oleh pelanggan. Maka standar adalah harapan
pelanggan yang tertulis yang sama dengan itu, untuk menjamin adanya keseragaman
standar itu, tentulah diperlukan suatu standar yang seragam yaitu apa yang
dianggap bermutu di negeri lain.
Sekarang ini usaha yang paling sukses mengenai penyeragaman standar
ini adalah dengan lahirnya standar ISO 9001 yang dikeluarkan oleh the International
Organization for Standardization, Jenewa, Swiss.
The International
Organization for Standardization
atau ISO, didirikan pada tahun 1946 di Geneva, Switzerland. Tugas utamanya
adalah mempromosikan pembuatan standar-standar internasional untuk
memfasilitasi pertukaran dan perdagangan (exchange) barang dan jasa di
seluruh dunia, anggota ISO sekarang ini sudah lebih dari 90 negara, salah satu
diantaranya adalah The American National Standards Institute (ANSI) yang
merupakan badan standar Amerika Serikat adalah anggota ISO sementara the
American Society for Quality (ASQ) adalah anggota dari ANSI.[2]
Dalam konteks pendidikan atau sekolah penerapan manajemen untuk
meningkatkan mutu paling tidak dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
jumlah siswa yang mendapat layanan pendidikan, kualitas layanan pendidikan
(seperti pembelajaran) yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik dan
non akademik siswa, dan jumlah siswa yang tingkat tinggal kelas menurun
produktivitas sekolah (efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya),
relevansi pendidikan, keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan, partisipasi orangtua
dan masyarakat dalam pengambilan keputusan, iklim dan budaya kerja sekola,
kesejahteraan guru dan staf sekolah serta demokratisasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Lembaga pendidikan atau sekolah yang memenuhi indikator-indikator
tersebut termasuk dalam kategori sekolah bermutu, bermutu dalam pengertian
meningkatnya efektivitas, efesiensi dan produktivitas lembaga secara
terus-menerus, sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, sesungguhnya terdapat
banyak cara untuk meningkatkan mutu diantaranya menerapkan berbagai strategi
manajemen peningkatan mutu.
Berikut ini akan diulas tentang sistem manajemen mutu pendidikan,
pembahasan akan difokuskan pada sistem manajemen mutu ISO dan penerapannya
dalam lembaga pendidikan.
B.
Sejarah Perkembangan Manajemen Mutu ISO
Standardisasi internasional bermula dari persoalan yang dihadapi selama perang
dunia kedua yaitu pada tahun 1939-1945, sekutu Amerika, Inggris, dan Prancis
secara bersama menghadapi serangan Jerman. Itali dan Jepang mengalami kesulitan
karena selain perbedaan bahasa, juga terjadi perbedaan peralatan dan standar
satuan teknik yang digunakan dalam perang. Dari persoalan inilah muncul gagasan
untuk melakukan standardisasi. Standardisasi yang diberlakukan pada saat itu
masih terbatas pada alat-alat perang.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul berbagai ide mengembangkan
standar di bidang lainnya, antara tahun 1970-an hingga tahun 1980-an, bidang
ilmu kendali mutu berkembang dari ciri utamanya reactive (inspection-dominant)
menjadi proactive (system oriented) yang dalam implementasinya
berupa perubahan terhadap titik berat pada hasil akhir ke arah proses produksi.
Perubahan ini didasarkan pada pola pikir bahwa proses produksi harus
dikembangkan dan harus dijaga secara sungguh-sungguh untuk menghasilkan suatu
produk yang bermutu dan selalu dalam keadaan bermutu.
Tahun 1987 dibentuk Technical Committee 176 (TC 176) atau
lebih dikenal sebagai ISO/TC176 yang berfungsi sebagai tim teknis ISO, pada
tahun tersebut (1987), ISO/TC176 telah berhasil menyusun sekelompok/seri
standar yang dapat diterima secara internasional terutama untuk kawasan
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Standar tersebut diberi nama ISO 9000 service
version 1987, dalam perkembangannya, ISO 9000 yang disusun pada tahun 1987
mengalami perbaikan pada tahun 1994 yang dikenal dengan ISO 9000:1994 series.
Pada versi ISO 9000: 1994 ini, model sertifikasi yang bisa diperoleh ada
tiga jenis yaitu: (1) ISO 9001, (2) ISO 9002, dan (3) ISO 9003.
Pada 15 desember tahun 2000, seri ISO 9000 kembali mengalami
perubahan yang lebih mengarah ke Total Quality Management, seri ini
dikenal sebagai ISO 9000:2000. Bagi organisasi yang telah menerapkan ISO 9000
seri sebelumnya diharuskan sudah mengikuti versi terbaru jika masih ingin
memegang sertifikat ISO 9000.
Sejak awal berdirinya, ISO memfokuskan diri pada pengembangan
standar khusus untuk produk, kemudian pada pertengahan tahun 1980-an, ISO mulai
bergerak pada standar yang berkaitan dengan sistem, yang pada akhirnya dikenal
sebagai seri standar ISO 9000. Pada tahun 1987, ISO menyelesaikan dan
menerbitkan seri standar 9000-nya, seri ini mempersatukan hampir semua elemen
yang terdapat pada The British Standards Institution (BSI) yang dikenal
dengan nama BS 5750 ke dalam standar ISO 9001 (salah satu bagian dari seri ISO
9000: 2000).
ISO 9001: 2000 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas,
persyaratan-persyaratan rekomendasi dalam ISO 9001: 2000 diterapkan pada
manajemen organisasi yang memasok produk, sehingga akan memengaruhi bagaimana
produk itu didesain, diproduksi, dirakit, ditawarkan, dan lain-lain.
Pada tanggal 14 November 2008 ISO-9001:2008 dipublikasikan, ISO
9000: 2008 ini merupakan versi ke-4, yang mana versi ke-1 diterbitkan pada
tahun 1987, versi ke-2 pada tahun 1994, sedangkan versi ke-3 diterbitkan pada
tahun 2000 yang merupakan revisi secara menyeluruh termasuk di dalamnya
mengenai persyaratan baru, yang lebih memfokuskan pada pelanggan serta
merefleksikan pengembangan dalam manajemen mutu. Bila dibandingkan dengan versi
2000, ISO 9001: 2008 merupakan penyesuaian terhadap standar yang ada dan bukan
perbaikan menyeluruh
No
|
Seri ISO
|
Keterangan
|
1.
|
Pre ISO 9000
|
Selama perang dunia kedua terdapat banyak persoalan tentang mutu
dalam industri teknologi tinggi di Inggris, seperti amunisi yang meledak saat
masih di pabrik pembuatnya, solusi yang dilakukan adalah dengan mensyaratkan
pabrik untuk mendokumentasikan prosedur serta menunjukkanya dengan
bukti-bukti terdokumentasi untuk membuktikan bahwa prosedur tersebut telah
dilakukan sesuai dengan yang dituliskan. Nama standar itu dikenal dengan kode
BS 5750 (British Counsil 5750) dan diakui sebagai standar manajemen
mutu, sebab ia tidak menyatakan apa yang dibuat, tetapi bagaimana mengelola
proses pembuatannya. Pada tahun 1987, pemerintah Inggris meyakinkan ISO untuk
mengadopsi BS 5750 sebagai standar Internasional, dan kemudian BS 5750
berubah menjadi ISO 9000.
|
2.
|
Versi 1987
|
ISO 9000: 1987 memeliki struktur yang sama dengan BS 5750 dengan
tiga model Standar Manajemen Mutu (SMM), pemilihan model SMM didasarkan pada
ruang lingkup aktivitas suatu organisasi. Tiga model ISO versi ini yaitu:
I.
ISO 9001:
1987 model, untuk penjaminan mutu (QA= quality assurance) dalam desain
pengembangan, produksi, instalasi, dan pelayanan bagi organisasi yang
memiliki aktivitas menciptakan produk baru.
II.
ISO 9002:
1987 Model, untuk QA dalam produksi, instalasi, dan pelayanan yang dasarnya
sama dengan ISO 9001: 1987 namun tanpa aktivitas menciptakan produk baru.
III.
ISO 9003:
1987 Model, untuk QA dalam pengujian dan inspeksi akhir saja.
IV.
ISO 9000:
1987 dipengaruhi oleh standar dipengaruhi oleh standar militer di Amerika
Serikat khususnya, namun juga cocok diterapkan pada manufaktur.
|
3.
|
Versi 1994
|
ISO 9000: 1994 menekankan QA melalui tindakan preventif, sebagai
ganti dari hanya melakukan pemeriksaan pada produk akhir, namun tetap
melanjutkan pembuktian kepatuhan dengan prosedur-prosedur terdokumentasi. Dan
karenanya, seperti versi sebelumnya, organisasi cenderung menghasilkan begitu
banyak manual prosedur sehingga membebani organisasi tersebut dengan
rangkaian birokrasi yang tidak perlu.
|
4.
|
Versi 2000
|
ISO 9001: 2000 memadukan ketiga standar ISO yaitu 9001, 9002, dan
9003 menjadi hanya satu standar yaitu 9001, prosedur desain dan pengembangan
disyaratkan hanya jika organisasi berkaitan secara langsung dengan aktivitas
penciptaan produk baru. Versi 2000 ini membuat perubahan mendasar dalam
konsep SMM ISO 9000 dengan menempatkan manajemen proses sebagai landasan
pengukuran, pengamatan, dan peningkatan tugas, serta aktivitas organisasi,
ketimbang hanya melakukan inspeksi pada produk akhir.
|
5.
|
Versi 2008
|
ISO 9001: 2008 Quality Management System-Requirements merupakan
versi terbaru, dikeluarkan pada bulan November 2008, tidak ada persyaratan
baru pada ISO ini, namun terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
standar ISO 9001 versi terbaru ini. Dengan dipublikasikannya versi ISO 9001: 2008 (14 November 2008),
maka semua sertifikat akreditasi yang diterbitkan (baru maupun resertifikasi)
harus mengacu ke ISO 9001: 2008, dan 24 bulan setelah publikasi ISO 9001:
2008, semua sertifikat yang diterbitkan sesuai ISO 9001: 2000 tidak berlaku.
|
C.
Pengertian ISO (Internasional Organization for Standardization)
Berdasarkan situs resmi ISO (www.iso.org), Organisasi
Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang beranggota terdiri
dari badan-badan standarisasi nasional yang beranggotan tidak kurang dari 140
negara, ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan (Non-Goverment
Organization) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari ISO adalah untuk
mendukung pengembangan standarisasi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya
dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk
membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar
internasional.
D.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
Sistem manajemen mutu adalah prosedur terdokumentasi dan
praktek-praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan untuk menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan
atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut
ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.
Sistem manajemen mutu merujuk kepada kebijakan organisasi dalam
mengelola proses atau kegiatan, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan dapat
memenuhi tujuan yang telah dicanangkan oleh organisasi itu sendiri, seperti:
1.
Memenuhi
kualifikasi pelanggan
2.
Memenuhi
peraturan perundang-undangan, dan
3.
Tercapainya
sasaran organisasi
ISO 9001 merupakan standar nasional yang mengatur tentang Sistem
Manajemen Mutu (QMS) dimana prinsip dasarnya adalah “control” terhadap
semua aspek yang dapat mempengaruhi mutu. ISO 9001 dikeluarkan oleh Internasional
Organization for Standarization. ISO 9001 bertujuan untuk menjamin konsistensi
organisasi dalam menghasilkan produk yang bermutu dan dapat memuaskan
pelanggannya, untuk tujuan tersebut, ISO 9001 berisi persyaratan-persyaratan
mengenai bagaimana organisasi harus mengendalikan berbagai proses yang dapat
mempengaruhi mutu, baik langsung maupun tidak langsung. Persyaratan tersebut
pada dasarnya adalah sandaran dari praktek-praktek bisnis yang sudah diakui
oleh dunia industri efektif dalam upaya penjaminan mutu.[3]
ISO 9001: 2008 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau
jasa). ISO 9001: 2008 merupakan standar sistem manajemen mutu, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sistem manajemen mutu adalah prosedur terdokumentasi dan
praktek-praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan
atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tertentu
tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.
Manfaat yang diperoleh dari penerapan ISO 9001: 2008 ini, antara
lain:
1.
Meningkatkan
kepercayaan pelanggan, jaminan kualitas produk dan proses
2.
Meningkatkan
produktivitas perusahaan dan market gain
3.
Meningkatkan
motivasi, moral dan kinerja karyawan
4.
Sistem
kerja menjadi standar kerja yang terdokumentasi
5.
Sebagai
alat analisa pesaing
6.
Meningkatkan
hubungan saling menguntungkan dengan pengguna lulusan
7.
Meningkatkan
komunikasi internal
8.
Nilai
kompetisi dan image positif institusi
9.
Peningkatan
terhadap pengendalian manajemen resiko, dengan konsistensi secara terus menerus
dan adanya kemampuan telusur suatu keluaran lulusan dan pelayanan.
10.
Merupakan
jaminan kualitas output dan proses yang konsisten[4]
E.
Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO
Dalam menerapkan prinsip manajemen ISO 9001: 2008 guna pemenuhan
kepuasan pelanggan, dikenal delapan prinsip dasar manajemen mutu, yaitu: [5]
1.
Fokus
pelanggan, organisasi bergantung pada pelanggan, karena itu manajemen
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan dan giat berusah melebihi
ekspektasi pelanggan.
2.
Kepemimpinan,
pemimpin organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi, meeka
harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang-orang dapat
menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3.
Keterlibatan
orang-orang, orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari
suatu organisasi dan keterlibatan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
4.
Pendekatan
proses, suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien, apabila
aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses.
Suatu proses dapat didefenisikan sebagai suatu integrasi sekuensial dari orang,
material, metode, mesin, dan peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan
nilai tambah output bagi pelanggan. Suatu proses mengonversi input terukur
kedalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi.
5.
Pendekatan
sistem terhadap manajemen, pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari
pr oses-proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan
kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuannya.
6.
Peningkatan
terus-menerus, peningkatan terus-menerus dari kinerja organisasi secara
keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi, peningkatan
terus-menerus didefenisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya
terus-menerus meningkatkan efektifitas dan ata u efisiensi organisasi untuk
memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi.
7.
Pendekatan
faktual dalam pembuatan keputusan, keputusan yang efektif adalah yang
berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab
masalah, sehingga masalah-masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif.
Keputusan manajemen organisasi, seyogyiyanya ditujukan untuk meningkatkan
kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
8.
Hubungan
pemasok yang saling menguntungkan, suatu organisasi dan pemasoknya adalah
saling tergantung dan suatu hubungan yang saling menguntungkan akan
meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.
Delapan dasar prinsip manajemen mutu tersebut merupakan dasar
penerapan sistem manajemen mutu dalam sekelompok ISO 9001, alasan penerapan
sistem tersebut adalah untuk membantu organisasi dalam meningkatkan kepuasan
kepada pelanggannya atas layanan produk dari organisasi. Karena pelanggan
menghendaki produk sesuai dengan karakteristik yang dapat memuaskan kebutuhan
dan harapan mereka, kebutuhan dan harapan dinyatakan dalam spesifikasi produk
yang secara terpadu dinamakan persyaratan pelanggan.
Persyaratan pelanggan dapat ditentukan melalui kontrak oleh
pelanggan atau dapat ditetapkan oleh organisasi sendiri, apabila kedua hal
tersebut dapat dipenuhi oleh organisasi, maka pelanggan menetapkan
keberterimaan produk. Karena kemajuan teknologi dan kebutuhan serta harapan
pelanggan yang senantiasa meningkat dan berubah, di samping tekanan dan
persaingan yang ketat, maka untuk selalu memuaskan pelanggannya organisasi di
dorong agar selalu memperbaiki proses produknya secara terencana.
F.
Tujuan Penerapan ISO
Penerapan prinsip manajemen mutu ISO 9001: 2008 di lingkungan
lembaga pendidikan bertujuan untuk:
1.
Meningkatkna
kepuasan pelanggan melalui pelayanan pendidikan
2.
Membangun
kesadaran tentang perlunya melakukan pelayanan secara prima terhadap pelanggan
3.
Mendidik
diri sendiri (pengeola lembaga pendidikan) agar taan terhadap sesuatu yang
disepakati
4.
Menyiapkan
dokumen mutu[6]
G.
Sistem Manajemen Mutu ISO Dalam Pendidikan
Adapun sistematika sistem manajemen mutu ISO yang terdiri dari
aktivitas plan, do, check, and action dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar. 1.
Plan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memantapkan tujuan dan proses yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan
organisasi, maka dalam kegiatan plan terdapat pemfokusan terhadap apa yang akan
dikerjakan serta cara mengerjakannya. Do merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk menjalankan proses, fokus dari tahap ini berkaitan dengan
implementasi dari bnetuk perencanaan. Check merupakan tahapan proses
monitoring dan evaluasi terhadap proses dan produk yang tidak sesuai dengan
kebijakan, tujuan dan persyaratan produk serta melaporkan hasilnya, pada tahap
ini kegiatan difokuskan pada pengawasan terhadap kegiatan yang direncanakan.
Action merupakan tahapan melaksanakan tindakan untuk proses pengembangan
berkelanjutan, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada pertanyaan terhadap
pengembangan yang akan datang dilakukan.[7]
Penerapan sistem manajemen mutu ISO dalam lembaga pendidikan pada
dasarnya sama dengan penerapan ISO pada lembaga/organisasi lainnya, yaitu
mengelola lembaga pendidikan sebagaimana industri, dengan demikian, keseluruhan
proses dapat terjamin dengan baik melalui sistem manajemen mutu, berikut ini
adalah model proses sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000.
Model proses ISO 9001: 2000 terdiri dari lim a bagian utama yang
menjabarkan sistem manajemen mutu organisasi sebagai berikut:
1.
Sistem
manajemen mutu
2.
Tanggungjawab
manajemen
3.
Manajemen
sumber daya
4.
Realisasi
produk
5.
Pengukuran,
analisis, dan peningkatan
Langkah-langkah implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000
sebagai berikut:
Dari gambar di atas dapat dijelaskan langkah-langkah implementasi
sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000, sebagai berikut:
1.
Suatu
organisasi perusahaan, bila ingin berhasil mencapai tujuannya (mendapatkan
keuntungan), dimulai dengan adanya suatu arahan yang jelas dari pimpinan puncak
mengenai tujuan perusahaan, dinyatakan dalam visi dan misi yang dijabarkan lagi
dalam kebijakan dan sasaran mutu.
2.
Organisasi
(perusahaan) tergantung pada pelanggannya dan pihak-pihak berkepentingan, misalnya
pemegang saham, komunitas sosial, karyawan dan lembaga swadaya masyarakat.
Untuk itu organisasi harus mengetahui keinginan pelanggan saat ini dan
harapannya untuk masa mendatang, pimpinan puncak harus mengetahui hal ini dan
menginformasikan keseluruh bagian dari organisasi/perusahaan.
3.
Visi
dan misi sebagai perencanaan strategis memerlukan tersedianya sumber daya untuk
dapat merealisasikan persyaratan dan harapan pelanggannya, maka dalam hal ini
perlu dipastikan adanya komitmen pimpinan puncak untuk menyediakan sumber daya.
4.
Sumber
daya harus dikelola untuk menghasilkan produk/jasa yang sesuai dengan
persyaratan pelanggan.
5.
Dengan
adanya perencanaan strategis tersedianya sumber daya yang mencukupi, maka dapat
dilakukan proses realisasi produk yang mendapatkan masukan persyaratan dari
pelanggan, persyaratan-persyaratan tersebut diubah menjadi urutan proses
internal organisasi yang harus dikendalikan dengan memperhatikan keterkaitan
dan ketergantungan antar proses tersebut. Ada beberapa metode untuk memastikan
proses tersebut, misalnya dengan membuat rencana mutu, prosedur mutu, instruksi
kerja atau bentuk lainnya.
6.
Produk/jasa
yang dihasilkan akan diterima pelanggan, pada fase ini akan terjadi proses
pembandingan antara harapan pelanggan dan produk/jasa yang diterima, yang akan
melahirkan kondisi puas atau tidak puas, organisasi perusahaan harus mengetahui
kepuasan dari langgangannya.
7.
Sebagai
tindak lanjut dari pengukuran, kepuasan pelanggan, efektivitas, dan efesiensi
penerapan sistem manajemen, proses, dan produk perlu dilakukan analisis
terhadap dua data tersebut. Hasil analisis data harus ditindaklanjuti dengan
suatu program peningkatan.
8.
Program-program
peningkatan akan menuntut arahan dan tersedianya sumber daya, hal ini berarti
dibutuhkannya kembali komitmen dari pimpinan puncak untuk menjalankannya.
Dengan demikian, proses perbaikan berkesinambungan terus berlanjut tanpa
berhenti dengan tujuan akhir untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi.
H.
Implementasi SMM ISO 9001: 2008
Dalam mengimplementasikan SMM ISO 9001: 2008 maka perlu
diterapkannya IWA- 2[8]
sebagai bentuk petunjuk penggunaan yang lebih spesifik untuk
mengimplementasikan ISO 9001 dalam dunia pendidikan. adapun tujuan implenetasi
IWA- 2 adalah untuk dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan memperjelas
implementasi ISO 9001, mencapai pengembangan dan keberhasilan berkelanjutan.
NO
|
Prinsip ISO 9001- 2008
|
Prinsip IWA- 2
|
1
|
Fokus pada pelanggan
|
Pendekatan proses
|
2
|
Kepemimpinan
|
Memahami kompetensi utama
|
3
|
Keterlibatan selurih SDM
|
Total optimalisasi
|
4
|
Pendekatan proses
|
Kepemimpinan yang visioner
|
5
|
Pendekatan sistem untuk pengelolan
|
Pendekatan fakta
|
6
|
Pengembangan secara berkelanjutan
|
Berkolaborasi dengan patner
|
7
|
Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
|
Pelibatan seluruh sumber daya manusia
|
8
|
Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
|
Pengembangan berkelanjutan
|
9
|
|
Pencptaan nilai tambah bagi peserta didik
|
10
|
Fokus pada nilai- nilai sosial
|
|
11
|
Kecerdasan
|
|
12
|
Otonomi
|
a)
Komitmen
Manajemen
Komitmen
manajemen merupakan satu hal penting yang menjadi prasyarat untuk dapat
mengimplementasikan SMM ISO di organisasi manapun, komitmen manajemen merupakan
sebuah motivasi dalam diri para pemimpin di lembaga pendidikan, khususnya
pemimpin puncak untuk memberikan waktu dan tenaganya untuk menjalankan proses
penjaminan mutu, terlebih lagi kepada para pegawai atau guru yang merasa berat
dengan adanya perubahan.
b)
Peran
Lembaga Penjamin
Salah satu hal
penting lain yang merupakan prasyarat untuk keberhasilan implementasi SMM ISO
di lembaga pendidikan adalah berfungsinya lembaga penjaminan mutu. Lembaga
penjaminan mutu memiliki tugas utama mengembangkan dan menjaga implementasi SMM
ISO di lembaga pendidikan, karena lembaga penjamin mutu merupakan lembaga yang
memiliki kewajiban menjaga dan merawat mutu dalam organisasi.
c)
Penerapan
SMM ISO
Terdapat beberapa tahap dalam upaya
untuk mengimplementasikan SMM ISO 9001: 2008 dalam lembaga pendidikan, dapat
dilihat dalam bagan berikut ini
sebagai
contoh implementasi SMM ISO di UIN Malang. adapun alasan penerapan SMM ISO di
UIN malang adalah membangun citra positif institusi UIN Malang dikalangan
masyarakat. dengan adanya ISO peminat mahasiswa untuk masuk di UIN Malang
meningkat setiap tahunnya. jumlah pendaftaran mencapai angka 12.094, padahal mahasiswa
yang diterima hanya 2500 mahasiswa. kondisi ini berbeda jauh dibanding tahun-
tahun sebelumnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan situs resmi ISO (www.iso.org), Organisasi
Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang beranggota terdiri
dari badan-badan standarisasi nasional yang beranggotan tidak kurang dari 140
negara, ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan (Non-Goverment
Organization) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari ISO adalah untuk
mendukung pengembangan standarisasi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya
dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk
membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai
standar internasional
Adapun
sistematika sistem manajemen mutu ISO yang terdiri dari Plan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memantapkan tujuan dan proses yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan
organisasi, maka dalam kegiatan plan terdapat pemfokusan terhadap apa yang akan
dikerjakan serta cara mengerjakannya. Do merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk menjalankan proses, fokus dari tahap ini berkaitan dengan
implementasi dari bnetuk perencanaan. Check merupakan tahapan proses
monitoring dan evaluasi terhadap proses dan produk yang tidak sesuai dengan
kebijakan, tujuan dan persyaratan produk serta melaporkan hasilnya, pada tahap
ini kegiatan difokuskan pada pengawasan terhadap kegiatan yang direncanakan.
Action merupakan tahapan melaksanakan tindakan untuk proses pengembangan
berkelanjutan, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada pertanyaan terhadap
pengembangan yang akan datang dilakukan
[1] Imam Machali
dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management, Teori dan Praktek
Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, ( Jakarta: Prenadamedia Group),
h. 381
[2] Thomas
Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen, (Jakarta: Permata Puri Media,
2013), h.207
[3] Wiwiet, Jurnal
Lentera Bisnis, Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 Pada LP3I
College Jakarta, Vol. 3, No. 1, 2014
[4] Majalah Bisnis
Iptek, Sistem Manajemen Mutu Pada Perguruan Tinggi, Vol. 8, No. 2,
Oktober 2015
[5] Edward Sallis,
Total Quality Management in Education Manajemen Mutu Pendidikan,
(Yogyakarta: IRCiSOd, 2010), h. 126.
[6] Mulyono, Manajemen
Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jakarta: Ar-Ruzz Media, h. 307
[7] Sugeng Listyo
Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu: Iso 9001: 2008 (Malang: UIN
Malang Press, 2009), h. 56
[8] IWA
(international workshop agreement 2)
merupakan panduan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 bagi lembaga
pendidikan. IWA- 2 Implemntasi ISO 9001 untuk bidang pendidikan, akses Http://
mutu pendidikan. com, pada 08 April 2018 pukul 20:30.
No comments:
Post a Comment