Monday, June 4, 2018

MODEL SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 SERIES

MODEL SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 SERIES
Oleh:
ADELINA SARI POHAN (16771004)
Mahasiswa Prodi Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
A.    Pendahuluan
Manajemen merupakan unsur penting dalam pelaksanaan setiap program organisasi, termasuk di dalamnya adalah organisasi pendidikan, dalam lembaga pendidikan, semua unsur-unsur pelaksanaan pendidikan akan berjalan dengan baik jika dikelola dengan menggunakan konsep dan prinsip-prinsip manajemen. Prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dengan benar dan baik akan berdampak kepada efisiensi pelaksanaan program, meningkatnya kualitas dan  produktivitas pendidikan yang pada akhirnya menjadikan lembaga tersebut bermutu.
Manajemen dalam pelaksanaan program pendidikan bukanlah tujuan tetapi alat atau metode untuk mencapai mutu dan meningkatkan performance yang diharapkan, banyak cara dalam meningkatkan mutu diantaranya menggunakan standar-standar sistem manajemen yang telah dirumuskan oleh lembaga-lembaga penjamin mutu. Sistem manajemen yang kita kenal seperti Internasional Standardization of Organization, Six Siqma, Malcolm Baldrige, Sigapur Quality Award, Australian Quality Award, Japanese Agricalture Standard, Internasional Hardwood Products Association, British Standard, Standar Nasional Indonesia, dan Indonesian Plywood Standard.[1]  
Kemampuan untuk bersaing di pasar global adalah kemampuan untuk memenuhi atau melebihi standar-standar yang berlaku, dulunya banyak sekali standar yang berbeda-beda bagi setiap produk-produk, tetapi dengan berkembangnya pasar global, kebutuhan untuk keseragaman standar semakin meningkat, karena mutu ditentukan oleh pelanggan. Maka standar adalah harapan pelanggan yang tertulis yang sama dengan itu, untuk menjamin adanya keseragaman standar itu, tentulah diperlukan suatu standar yang seragam yaitu apa yang dianggap bermutu di negeri lain.
Sekarang ini usaha yang paling sukses mengenai penyeragaman standar ini adalah dengan lahirnya standar ISO 9001 yang dikeluarkan oleh the International Organization for Standardization, Jenewa, Swiss.
       The International Organization for Standardization atau ISO, didirikan pada tahun 1946 di Geneva, Switzerland. Tugas utamanya adalah mempromosikan pembuatan standar-standar internasional untuk memfasilitasi pertukaran dan perdagangan (exchange) barang dan jasa di seluruh dunia, anggota ISO sekarang ini sudah lebih dari 90 negara, salah satu diantaranya adalah The American National Standards Institute (ANSI) yang merupakan badan standar Amerika Serikat adalah anggota ISO sementara the American Society for Quality (ASQ) adalah anggota dari ANSI.[2]
Dalam konteks pendidikan atau sekolah penerapan manajemen untuk meningkatkan mutu paling tidak dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: jumlah siswa yang mendapat layanan pendidikan, kualitas layanan pendidikan (seperti pembelajaran) yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik dan non akademik siswa, dan jumlah siswa yang tingkat tinggal kelas menurun produktivitas sekolah (efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya), relevansi pendidikan, keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan, partisipasi orangtua dan masyarakat dalam pengambilan keputusan, iklim dan budaya kerja sekola, kesejahteraan guru dan staf sekolah serta demokratisasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Lembaga pendidikan atau sekolah yang memenuhi indikator-indikator tersebut termasuk dalam kategori sekolah bermutu, bermutu dalam pengertian meningkatnya efektivitas, efesiensi dan produktivitas lembaga secara terus-menerus, sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, sesungguhnya terdapat banyak cara untuk meningkatkan mutu diantaranya menerapkan berbagai strategi manajemen peningkatan mutu.
Berikut ini akan diulas tentang sistem manajemen mutu pendidikan, pembahasan akan difokuskan pada sistem manajemen mutu ISO dan penerapannya dalam lembaga pendidikan

B.     Sejarah Perkembangan Manajemen Mutu ISO
Standardisasi internasional bermula dari persoalan yang dihadapi selama perang dunia kedua yaitu pada tahun 1939-1945, sekutu Amerika, Inggris, dan Prancis secara bersama menghadapi serangan Jerman. Itali dan Jepang mengalami kesulitan karena selain perbedaan bahasa, juga terjadi perbedaan peralatan dan standar satuan teknik yang digunakan dalam perang. Dari persoalan inilah muncul gagasan untuk melakukan standardisasi. Standardisasi yang diberlakukan pada saat itu masih terbatas pada alat-alat perang.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul berbagai ide mengembangkan standar di bidang lainnya, antara tahun 1970-an hingga tahun 1980-an, bidang ilmu kendali mutu berkembang dari ciri utamanya reactive (inspection-dominant) menjadi proactive (system oriented) yang dalam implementasinya berupa perubahan terhadap titik berat pada hasil akhir ke arah proses produksi. Perubahan ini didasarkan pada pola pikir bahwa proses produksi harus dikembangkan dan harus dijaga secara sungguh-sungguh untuk menghasilkan suatu produk yang bermutu dan selalu dalam keadaan bermutu.
Tahun 1987 dibentuk Technical Committee 176 (TC 176) atau lebih dikenal sebagai ISO/TC176 yang berfungsi sebagai tim teknis ISO, pada tahun tersebut (1987), ISO/TC176 telah berhasil menyusun sekelompok/seri standar yang dapat diterima secara internasional terutama untuk kawasan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Standar tersebut diberi nama ISO 9000 service version 1987, dalam perkembangannya, ISO 9000 yang disusun pada tahun 1987 mengalami perbaikan pada tahun 1994 yang dikenal dengan ISO 9000:1994 series. Pada versi ISO 9000: 1994 ini, model sertifikasi yang bisa diperoleh ada tiga jenis yaitu: (1) ISO 9001, (2) ISO 9002, dan (3) ISO 9003.
Pada 15 desember tahun 2000, seri ISO 9000 kembali mengalami perubahan yang lebih mengarah ke Total Quality Management, seri ini dikenal sebagai ISO 9000:2000. Bagi organisasi yang telah menerapkan ISO 9000 seri sebelumnya diharuskan sudah mengikuti versi terbaru jika masih ingin memegang sertifikat ISO 9000.
Sejak awal berdirinya, ISO memfokuskan diri pada pengembangan standar khusus untuk produk, kemudian pada pertengahan tahun 1980-an, ISO mulai bergerak pada standar yang berkaitan dengan sistem, yang pada akhirnya dikenal sebagai seri standar ISO 9000. Pada tahun 1987, ISO menyelesaikan dan menerbitkan seri standar 9000-nya, seri ini mempersatukan hampir semua elemen yang terdapat pada The British Standards Institution (BSI) yang dikenal dengan nama BS 5750 ke dalam standar ISO 9001 (salah satu bagian dari seri ISO 9000: 2000).
ISO 9001: 2000 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas, persyaratan-persyaratan rekomendasi dalam ISO 9001: 2000 diterapkan pada manajemen organisasi yang memasok produk, sehingga akan memengaruhi bagaimana produk itu didesain, diproduksi, dirakit, ditawarkan, dan lain-lain.  
Pada tanggal 14 November 2008 ISO-9001:2008 dipublikasikan, ISO 9000: 2008 ini merupakan versi ke-4, yang mana versi ke-1 diterbitkan pada tahun 1987, versi ke-2 pada tahun 1994, sedangkan versi ke-3 diterbitkan pada tahun 2000 yang merupakan revisi secara menyeluruh termasuk di dalamnya mengenai persyaratan baru, yang lebih memfokuskan pada pelanggan serta merefleksikan pengembangan dalam manajemen mutu. Bila dibandingkan dengan versi 2000, ISO 9001: 2008 merupakan penyesuaian terhadap standar yang ada dan bukan perbaikan menyeluruh  
No
Seri ISO
Keterangan
1.
Pre ISO 9000
Selama perang dunia kedua terdapat banyak persoalan tentang mutu dalam industri teknologi tinggi di Inggris, seperti amunisi yang meledak saat masih di pabrik pembuatnya, solusi yang dilakukan adalah dengan mensyaratkan pabrik untuk mendokumentasikan prosedur serta menunjukkanya dengan bukti-bukti terdokumentasi untuk membuktikan bahwa prosedur tersebut telah dilakukan sesuai dengan yang dituliskan. Nama standar itu dikenal dengan kode BS 5750 (British Counsil 5750) dan diakui sebagai standar manajemen mutu, sebab ia tidak menyatakan apa yang dibuat, tetapi bagaimana mengelola proses pembuatannya. Pada tahun 1987, pemerintah Inggris meyakinkan ISO untuk mengadopsi BS 5750 sebagai standar Internasional, dan kemudian BS 5750 berubah menjadi ISO 9000.
2.
Versi 1987
ISO 9000: 1987 memeliki struktur yang sama dengan BS 5750 dengan tiga model Standar Manajemen Mutu (SMM), pemilihan model SMM didasarkan pada ruang lingkup aktivitas suatu organisasi. Tiga model ISO versi ini yaitu:
       I.            ISO 9001: 1987 model, untuk penjaminan mutu (QA= quality assurance) dalam desain pengembangan, produksi, instalasi, dan pelayanan bagi organisasi yang memiliki aktivitas menciptakan produk baru.
    II.            ISO 9002: 1987 Model, untuk QA dalam produksi, instalasi, dan pelayanan yang dasarnya sama dengan ISO 9001: 1987 namun tanpa aktivitas menciptakan produk baru.
 III.            ISO 9003: 1987 Model, untuk QA dalam pengujian dan inspeksi akhir saja.
 IV.            ISO 9000: 1987 dipengaruhi oleh standar dipengaruhi oleh standar militer di Amerika Serikat khususnya, namun juga cocok diterapkan pada manufaktur.  
3.
Versi 1994
ISO 9000: 1994 menekankan QA melalui tindakan preventif, sebagai ganti dari hanya melakukan pemeriksaan pada produk akhir, namun tetap melanjutkan pembuktian kepatuhan dengan prosedur-prosedur terdokumentasi. Dan karenanya, seperti versi sebelumnya, organisasi cenderung menghasilkan begitu banyak manual prosedur sehingga membebani organisasi tersebut dengan rangkaian birokrasi yang tidak perlu.     
4.
Versi 2000
ISO 9001: 2000 memadukan ketiga standar ISO yaitu 9001, 9002, dan 9003 menjadi hanya satu standar yaitu 9001, prosedur desain dan pengembangan disyaratkan hanya jika organisasi berkaitan secara langsung dengan aktivitas penciptaan produk baru. Versi 2000 ini membuat perubahan mendasar dalam konsep SMM ISO 9000 dengan menempatkan manajemen proses sebagai landasan pengukuran, pengamatan, dan peningkatan tugas, serta aktivitas organisasi, ketimbang hanya melakukan inspeksi pada produk akhir.
5.
Versi 2008
ISO 9001: 2008 Quality Management System-Requirements merupakan versi terbaru, dikeluarkan pada bulan November 2008, tidak ada persyaratan baru pada ISO ini, namun terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam standar ISO 9001 versi terbaru ini. Dengan dipublikasikannya  versi ISO 9001: 2008 (14 November 2008), maka semua sertifikat akreditasi yang diterbitkan (baru maupun resertifikasi) harus mengacu ke ISO 9001: 2008, dan 24 bulan setelah publikasi ISO 9001: 2008, semua sertifikat yang diterbitkan sesuai ISO 9001: 2000 tidak berlaku.

C.    Pengertian ISO (Internasional Organization for Standardization)
Berdasarkan situs resmi ISO (www.iso.org), Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang beranggota terdiri dari badan-badan standarisasi nasional yang beranggotan tidak kurang dari 140 negara, ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan (Non-Goverment Organization) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standarisasi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional.
D.    Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
Sistem manajemen mutu adalah prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.
Sistem manajemen mutu merujuk kepada kebijakan organisasi dalam mengelola proses atau kegiatan, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang telah dicanangkan oleh organisasi itu sendiri, seperti:
1.      Memenuhi kualifikasi pelanggan
2.      Memenuhi peraturan perundang-undangan, dan
3.      Tercapainya sasaran organisasi 
ISO 9001 merupakan standar nasional yang mengatur tentang Sistem Manajemen Mutu (QMS) dimana prinsip dasarnya adalah “control” terhadap semua aspek yang dapat mempengaruhi mutu. ISO 9001 dikeluarkan oleh Internasional Organization for Standarization. ISO 9001 bertujuan untuk menjamin konsistensi organisasi dalam menghasilkan produk yang bermutu dan dapat memuaskan pelanggannya, untuk tujuan tersebut, ISO 9001 berisi persyaratan-persyaratan mengenai bagaimana organisasi harus mengendalikan berbagai proses yang dapat mempengaruhi mutu, baik langsung maupun tidak langsung. Persyaratan tersebut pada dasarnya adalah sandaran dari praktek-praktek bisnis yang sudah diakui oleh dunia industri efektif dalam upaya penjaminan mutu.[3]
ISO 9001: 2008 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001: 2008 merupakan standar sistem manajemen mutu, sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen mutu adalah prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.
Manfaat yang diperoleh dari penerapan ISO 9001: 2008 ini, antara lain:
1.      Meningkatkan kepercayaan pelanggan, jaminan kualitas produk dan proses
2.      Meningkatkan produktivitas perusahaan dan market gain
3.      Meningkatkan motivasi, moral dan kinerja karyawan
4.      Sistem kerja menjadi standar kerja yang terdokumentasi
5.      Sebagai alat analisa pesaing
6.      Meningkatkan hubungan saling menguntungkan dengan pengguna lulusan
7.      Meningkatkan komunikasi internal
8.      Nilai kompetisi dan image positif institusi
9.      Peningkatan terhadap pengendalian manajemen resiko, dengan konsistensi secara terus menerus dan adanya kemampuan telusur suatu keluaran lulusan dan pelayanan.
10.  Merupakan jaminan kualitas output dan proses yang konsisten[4]

E.     Prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO
Dalam menerapkan prinsip manajemen ISO 9001: 2008 guna pemenuhan kepuasan pelanggan, dikenal delapan prinsip dasar manajemen mutu, yaitu: [5]
1.      Fokus pelanggan, organisasi bergantung pada pelanggan, karena itu manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan dan giat berusah melebihi ekspektasi pelanggan.
2.      Kepemimpinan, pemimpin organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi, meeka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3.      Keterlibatan orang-orang, orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
4.      Pendekatan proses, suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien, apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu proses dapat didefenisikan sebagai suatu integrasi sekuensial dari orang, material, metode, mesin, dan peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output bagi pelanggan. Suatu proses mengonversi input terukur kedalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi.
5.      Pendekatan sistem terhadap manajemen, pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari pr oses-proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
6.      Peningkatan terus-menerus, peningkatan terus-menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi, peningkatan terus-menerus didefenisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektifitas dan ata u efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi.
7.      Pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan, keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif. Keputusan manajemen organisasi, seyogyiyanya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
8.      Hubungan pemasok yang saling menguntungkan, suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung dan suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.
Delapan dasar prinsip manajemen mutu tersebut merupakan dasar penerapan sistem manajemen mutu dalam sekelompok ISO 9001, alasan penerapan sistem tersebut adalah untuk membantu organisasi dalam meningkatkan kepuasan kepada pelanggannya atas layanan produk dari organisasi. Karena pelanggan menghendaki produk sesuai dengan karakteristik yang dapat memuaskan kebutuhan dan harapan mereka, kebutuhan dan harapan dinyatakan dalam spesifikasi produk yang secara terpadu dinamakan persyaratan pelanggan.
Persyaratan pelanggan dapat ditentukan melalui kontrak oleh pelanggan atau dapat ditetapkan oleh organisasi sendiri, apabila kedua hal tersebut dapat dipenuhi oleh organisasi, maka pelanggan menetapkan keberterimaan produk. Karena kemajuan teknologi dan kebutuhan serta harapan pelanggan yang senantiasa meningkat dan berubah, di samping tekanan dan persaingan yang ketat, maka untuk selalu memuaskan pelanggannya organisasi di dorong agar selalu memperbaiki proses produknya secara terencana. 

F.     Tujuan Penerapan ISO
Penerapan prinsip manajemen mutu ISO 9001: 2008 di lingkungan lembaga pendidikan bertujuan untuk:
1.    Meningkatkna kepuasan pelanggan melalui pelayanan pendidikan
2.    Membangun kesadaran tentang perlunya melakukan pelayanan secara prima terhadap pelanggan
3.    Mendidik diri sendiri (pengeola lembaga pendidikan) agar taan terhadap sesuatu yang disepakati
4.    Menyiapkan dokumen mutu[6]

G.    Sistem Manajemen Mutu ISO Dalam Pendidikan
Adapun sistematika sistem manajemen mutu ISO yang terdiri dari aktivitas plan, do, check, and action dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar. 1.
Plan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memantapkan tujuan dan proses yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi, maka dalam kegiatan plan terdapat pemfokusan terhadap apa yang akan dikerjakan serta cara mengerjakannya. Do merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjalankan proses, fokus dari tahap ini berkaitan dengan implementasi dari bnetuk perencanaan. Check merupakan tahapan proses monitoring dan evaluasi terhadap proses dan produk yang tidak sesuai dengan kebijakan, tujuan dan persyaratan produk serta melaporkan hasilnya, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada pengawasan terhadap kegiatan yang direncanakan. Action merupakan tahapan melaksanakan tindakan untuk proses pengembangan berkelanjutan, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada pertanyaan terhadap pengembangan yang akan datang dilakukan.[7]
Penerapan sistem manajemen mutu ISO dalam lembaga pendidikan pada dasarnya sama dengan penerapan ISO pada lembaga/organisasi lainnya, yaitu mengelola lembaga pendidikan sebagaimana industri, dengan demikian, keseluruhan proses dapat terjamin dengan baik melalui sistem manajemen mutu, berikut ini adalah model proses sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000.
Model proses ISO 9001: 2000 terdiri dari lim a bagian utama yang menjabarkan sistem manajemen mutu organisasi sebagai berikut:
1.      Sistem manajemen mutu
2.      Tanggungjawab manajemen
3.      Manajemen sumber daya
4.      Realisasi produk
5.      Pengukuran, analisis, dan peningkatan
Langkah-langkah implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000 sebagai berikut:
Text Box: kepuasan pelanggan
Text Box: persyaratan pelanngan
 










Dari gambar di atas dapat dijelaskan langkah-langkah implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000, sebagai berikut:
1.      Suatu organisasi perusahaan, bila ingin berhasil mencapai tujuannya (mendapatkan keuntungan), dimulai dengan adanya suatu arahan yang jelas dari pimpinan puncak mengenai tujuan perusahaan, dinyatakan dalam visi dan misi yang dijabarkan lagi dalam kebijakan dan sasaran mutu.
2.      Organisasi (perusahaan) tergantung pada pelanggannya dan pihak-pihak berkepentingan, misalnya pemegang saham, komunitas sosial, karyawan dan lembaga swadaya masyarakat. Untuk itu organisasi harus mengetahui keinginan pelanggan saat ini dan harapannya untuk masa mendatang, pimpinan puncak harus mengetahui hal ini dan menginformasikan keseluruh bagian dari organisasi/perusahaan.
3.      Visi dan misi sebagai perencanaan strategis memerlukan tersedianya sumber daya untuk dapat merealisasikan persyaratan dan harapan pelanggannya, maka dalam hal ini perlu dipastikan adanya komitmen pimpinan puncak untuk menyediakan sumber daya.
4.      Sumber daya harus dikelola untuk menghasilkan produk/jasa yang sesuai dengan persyaratan pelanggan.
5.      Dengan adanya perencanaan strategis tersedianya sumber daya yang mencukupi, maka dapat dilakukan proses realisasi produk yang mendapatkan masukan persyaratan dari pelanggan, persyaratan-persyaratan tersebut diubah menjadi urutan proses internal organisasi yang harus dikendalikan dengan memperhatikan keterkaitan dan ketergantungan antar proses tersebut. Ada beberapa metode untuk memastikan proses tersebut, misalnya dengan membuat rencana mutu, prosedur mutu, instruksi kerja atau bentuk lainnya.
6.      Produk/jasa yang dihasilkan akan diterima pelanggan, pada fase ini akan terjadi proses pembandingan antara harapan pelanggan dan produk/jasa yang diterima, yang akan melahirkan kondisi puas atau tidak puas, organisasi perusahaan harus mengetahui kepuasan dari langgangannya.
7.      Sebagai tindak lanjut dari pengukuran, kepuasan pelanggan, efektivitas, dan efesiensi penerapan sistem manajemen, proses, dan produk perlu dilakukan analisis terhadap dua data tersebut. Hasil analisis data harus ditindaklanjuti dengan suatu program peningkatan.
8.      Program-program peningkatan akan menuntut arahan dan tersedianya sumber daya, hal ini berarti dibutuhkannya kembali komitmen dari pimpinan puncak untuk menjalankannya. Dengan demikian, proses perbaikan berkesinambungan terus berlanjut tanpa berhenti dengan tujuan akhir untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi.



H.    Implementasi SMM ISO 9001: 2008
Dalam mengimplementasikan SMM ISO 9001: 2008 maka perlu diterapkannya IWA- 2[8] sebagai bentuk petunjuk penggunaan yang lebih spesifik untuk mengimplementasikan ISO 9001 dalam dunia pendidikan. adapun tujuan implenetasi IWA- 2 adalah untuk dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan memperjelas implementasi ISO 9001, mencapai pengembangan dan keberhasilan berkelanjutan.


NO
Prinsip ISO 9001- 2008
Prinsip IWA- 2
1
Fokus pada pelanggan
Pendekatan proses
2
Kepemimpinan
Memahami kompetensi utama
3
Keterlibatan selurih SDM
Total optimalisasi
4
Pendekatan proses
Kepemimpinan yang visioner
5
Pendekatan sistem untuk pengelolan
Pendekatan fakta
6
Pengembangan secara berkelanjutan
Berkolaborasi dengan patner
7
Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
Pelibatan seluruh sumber daya manusia
8
Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
Pengembangan berkelanjutan
9

Pencptaan nilai tambah bagi peserta didik
10
Fokus pada nilai- nilai sosial
11
Kecerdasan
12
Otonomi



a)      Komitmen Manajemen
Komitmen manajemen merupakan satu hal penting yang menjadi prasyarat untuk dapat mengimplementasikan SMM ISO di organisasi manapun, komitmen manajemen merupakan sebuah motivasi dalam diri para pemimpin di lembaga pendidikan, khususnya pemimpin puncak untuk memberikan waktu dan tenaganya untuk menjalankan proses penjaminan mutu, terlebih lagi kepada para pegawai atau guru yang merasa berat dengan adanya perubahan.
b)      Peran Lembaga Penjamin
Salah satu hal penting lain yang merupakan prasyarat untuk keberhasilan implementasi SMM ISO di lembaga pendidikan adalah berfungsinya lembaga penjaminan mutu. Lembaga penjaminan mutu memiliki tugas utama mengembangkan dan menjaga implementasi SMM ISO di lembaga pendidikan, karena lembaga penjamin mutu merupakan lembaga yang memiliki kewajiban menjaga dan merawat mutu dalam organisasi.
c)      Penerapan SMM ISO
Terdapat beberapa tahap dalam upaya untuk mengimplementasikan SMM ISO 9001: 2008 dalam lembaga pendidikan, dapat dilihat dalam bagan berikut ini   
sebagai contoh implementasi SMM ISO di UIN Malang. adapun alasan penerapan SMM ISO di UIN malang adalah membangun citra positif institusi UIN Malang dikalangan masyarakat. dengan adanya ISO peminat mahasiswa untuk masuk di UIN Malang meningkat setiap tahunnya. jumlah pendaftaran mencapai angka 12.094, padahal mahasiswa yang diterima hanya 2500 mahasiswa. kondisi ini berbeda jauh dibanding tahun- tahun sebelumnya.








KESIMPULAN

Berdasarkan situs resmi ISO (www.iso.org), Organisasi Standar Internasional (ISO) adalah suatu asosiasi global yang beranggota terdiri dari badan-badan standarisasi nasional yang beranggotan tidak kurang dari 140 negara, ISO merupakan suatu organisasi di luar pemerintahan (Non-Goverment Organization) yang berdiri sejak tahun 1947. Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standarisasi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional
Adapun sistematika sistem manajemen mutu ISO yang terdiri dari Plan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memantapkan tujuan dan proses yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi, maka dalam kegiatan plan terdapat pemfokusan terhadap apa yang akan dikerjakan serta cara mengerjakannya. Do merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjalankan proses, fokus dari tahap ini berkaitan dengan implementasi dari bnetuk perencanaan. Check merupakan tahapan proses monitoring dan evaluasi terhadap proses dan produk yang tidak sesuai dengan kebijakan, tujuan dan persyaratan produk serta melaporkan hasilnya, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada pengawasan terhadap kegiatan yang direncanakan. Action merupakan tahapan melaksanakan tindakan untuk proses pengembangan berkelanjutan, pada tahap ini kegiatan difokuskan pada pertanyaan terhadap pengembangan yang akan datang dilakukan


[1] Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management, Teori dan Praktek Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, ( Jakarta: Prenadamedia Group), h. 381
[2] Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen, (Jakarta: Permata Puri Media, 2013), h.207
[3] Wiwiet, Jurnal Lentera Bisnis, Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008 Pada LP3I College Jakarta, Vol. 3, No. 1, 2014
[4] Majalah Bisnis Iptek, Sistem Manajemen Mutu Pada Perguruan Tinggi, Vol. 8, No. 2, Oktober 2015
[5] Edward Sallis, Total Quality Management in Education Manajemen Mutu Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSOd, 2010), h. 126.
[6] Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jakarta: Ar-Ruzz Media, h. 307
[7] Sugeng Listyo Prabowo, Implementasi Sistem Manajemen Mutu: Iso 9001: 2008 (Malang: UIN Malang Press, 2009), h. 56
[8] IWA (international  workshop agreement 2) merupakan panduan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 bagi lembaga pendidikan. IWA- 2 Implemntasi ISO 9001 untuk bidang pendidikan, akses Http:// mutu pendidikan. com, pada 08 April 2018 pukul 20:30.

No comments:

Post a Comment