MODEL MANAGEMEN MUTU “THE
DEMING PRIZE”
Oleh :
Ni’matul Ulfa (16771003)
Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
A.
Latar Belakang
Penjaminan mutu atau kualitas barang
(produk) dan jasa merupakan aspek yang selalu menjadi tolok ukur dalam dunia
industri khususnyayang mana tingkat kesuksesan suatu perusahaan bisa diukur
dari produk-produk yang dihasilkannya (berkualitas). Ukuran ini menjadi sangat
penting dalam menjamin kepuasan pelanggan atau konsumen untuk selalu konsisten
dalam menggunakan produk atau jasa dari sebuah perusahaan atau institusi.
Deming dalam Nasution, menjelaskan bahwa
kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan
harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk
yang akan dihasilkan.[1]Atau dengan kata lain, kebutuhan pasar atau
konsumen merupakan tujuan utama dalam memproduk barang atau jasa.
Barang atau jasa yang diproduksi tidak akan
berkualitas atau bermutu jika dalam pengelolaannya (yang kaitannya dengan
perusahaan atau institusi) tidak mengacu pada standar-standar mutu yang telah
ditetapkansehingga, baik dari segi kelayakan produk atau jasa yang dihasilkan
selalu relevan dengan kebutuhan pelanggan sebagai pengguna barang dan jasa.
Nasution mengetengahkan pentingnya
kualitasyang bisa dilihat dari dua sisi, yaitu dari sudut manajemen
operasional, dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen operasional
kualitas produk merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya
saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau
paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing. Dilihat dari sudut
menajemen pemasaran, kualitas produk merupakan salah satu unsur utama dalam
bauran pemasaran (marketing-mix), yaitu produk, harga, promosi, dan
saluran distribusi yang dapat meningkatkan volume penjualan dan memperluas
pangsa pasar perusahaan.[2]
Untuk itu, maka sebuah perusahaan atau
institusi seharusnya menggunakan dan memanfaatkan standar-standar mutu yang
telah ditetapkan—yang dalam hal ini salah satunya adalah manajemen mutu terpadu
(Total Quality Management) yang merupakan pendekatan, yang penerapannya
merupakan filosofi dan sekumpulan petunjuk prinsip-prinsip yang menjadi
landasan untuk perbaikan terus-menerus dari suatu organisasi.[3]
Total Quality management dalam perkembangannya—mengembangkan
berbagai macam model dan metode yang kaitannya dengan mutu suatu barang atau
jasa. Banyak tokoh-tokoh mutu yang menjadi pionir yang menjadi pengusung
pentingnya kualitas atau mutu barang atau jasa dari sebuah perusahaan, yaitu
seperti W. Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip B. Crosby.
W. Edwards Deming sebagai salah satu pionir
yang mengagas pentingnya mutu mengatakan bahwa, masalah mutu sebenarnya berasal
dari masalah manajemen[4]yang kurang baik dari sebuah industri.
Dalam hal ini Deming melihat bahwa, manajemen yang buruk akan mengakibatkan
produksi barang dan jasa dalam sebuah indsutri akan mengalami kegagalan
khususnya dengan mutu barang dan jasa yang dihasilkan, dengan demikian maka
kepuasan para pelanggan dan konsumen menjadi masalah yang serius. Selain itu,
industri tidak akan bisa mengembangkan pangsa pasa lebih jauh lagi.
Edward Deming mengetengahkan empat belas
point yang menjadi rujukan dalam mengembangkan mutu produk dan jasa sekaligus
untuk mengembangkan perusahaan agar lebih mampu bersaing dalam dunia industri.
Pemikiran-pemikiran Deming yang terkait dengan total quality management
khususnya dalam meningkatkan mutu produksi barang dan jasa di negara Jepang
menghantarkan Namanya sebagai bapak manajemen mutu.
Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin
revolusi kualitas di Jepang, yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik
pemecahan masalah dan pengendalian proses statistic (statistical process
control). Atas jasanya yang besar bagi industri Jepang, maka setiap tahun
diberikan perhargaan bernama Deming Prize kepada setiap perusahaan yang
berprestasi dalam hal kualitas.[5]
Dengan pertasinya ini maka dalam total
quality management muncul dan berkembang berbagai model manajemen mutu
terpaduyang salah satunya adalah Model Manajemen Mutu: The Deming Prize (Hadiah
Deming). Model ini merupakan muara dari hasil pemikiran-pemikiran dan
kontribusi Deming dalam hal penjaminan mutu. The Deming Prize merupakan sebuah
penghargaanyang dijadikan sebagai standar mutu industri-industri besar di
Jepang dalam setiap aspek yang terdapat di dalam perusahaan baik menyangkut
produk barang dan jasa sampai kepada hal menajemen, pengelolaan dan pemasaran.
Dari paparan di atas, penulis (pemakalah)
tertarik untuk lebih jauh mengkaji tentang standar mutu the deming prizeyang
penulis tuangkan dalam judul “model manajemen mutu: the deming prize”.
B.
Biografi Singkat W. Edwards Deming
W. Edwards Deming adalah seorang ahli
statistik Amerika yang memiliki gelar PhD dalam bidang Fisika. Ia dilahirkan
pada tahun 1990. Pengaruhnya sebagai teoritikus manajemen bermula di barat,
namun justru Jepang memanfaatkan keahliannya sejak 1950. Deming mulai
memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian tentang
metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses industri.
Dia memulai kerjanya di Western Electric, milik took legendaries Hawthorne, di
Cicago.[6]
Deming, sebagai seorang doctor statistic
berkebangsaan Amerika Serikat yang merupakan pakar kualitas ternama dan yang
mengajarkan kepada Jepang tentang konsep pengendalian kualitas, mengemukakan
bahwa proses industry harus dipandang sebagai suatu perbaikan kualitas secara
terus-menerus (continuous quality improvement), yang dimulai dari sederet
siklus sejak adanya ide untuk menghasilkan suatu produk, proses produk, sampai
dengan distribusi kepada pelanggan; seterusnya berdasarkan informasi sebagai
umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) dikembangkan
ide-ide untuk menciptakan produk baru atau meningkatkan kualitas produk lama
beserta produksi yang ada saat ini.[7]
Dalam masa awal perkembangannya, ide Deming
tentang mutu terpadu ini kurang mendapat perhatian di Amerika dan Barat, di
mana penekanan industri Amerika dan dunia Barat berada pada pemaksimalan
produksi dan keuntungan.[8]
Tetapi berbeda dengan Jepang yang
menggunakan ide Deming dalam peningkatan kualitas barang dan jasa, sehingga mampu
menjadi pemegang kendali pasar dunia. Perwujudan dari konsep yang ditawarkan
Deming ini, yang kemudian benar-benar dikembangkan di Jepang. Sejak akhir tahun
1970-an, Jepang mulai berhasil menarik minat para pelanggan. Dan ini membuat
industrialisasi yang ada di Amerika dan dunia Barat mulai mempertanyakan apa
strategi yang diterapkan di Jepang. Akhirnya mereka menyadari bahwa penerapan
kualitas tertinggi pada produk itu lebih penting dari hanya sekedar
memaksimalkan produksi dan keuntungan dengan mengesampingkan kualitas.[9]
Perhatian atas kualitas produk ini pada
perkembangannya telah memunculkan beberapa penghargaan (award) yang diberikan
kepada perusahaan-perusahaan yang telah berhasil melaksanakan Total Quality
Management (TQM). Di mana TQM ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk
perwujudan dari gagasan Deming di atas. Salah satu award itu adalah Deming
Award, yang ditetapkan pada tahun 1951 untuk memperingati jasa Deming terhadap
kendali mutu Jepang.[10]
C. Model
Manajemen Mutu “The Deming Prize”
Mutu merupakan salah satu unsur yang sangat
menentukan suatu produk barang atau jasa memiliki nilai jual di tengah-tengah
konsumen. Sering kali konsumen sebelum membeli atau menggunakan jasa jika belum
mengetahui kualitasnyasehingga bisa dikatakan bahwa, mutu memiliki peran yang
sangat signifikan. Tapi lebih dari itu, produk berkualitas mempunyai aspek
penting lain, yaitu: 1) konsumen yang membeli produk berdasarkan berdasarkan mutu, umumnya dia mempunyai
loyalitas produk yang besar dibandingkan dengan konsumen yang membeli
berdasarkan orientasi harga; 2) bersifat kontradiktif dengan cara pikir bisnis
tradisional, karena memang pada kenyataannya memproduksi barang bermutu tidak
otomatis lebih mahal dari memproduksi barang bermutu rendah; dan 3) menjual barang
tidak bermutu kemungkinan akan banyak menerima keluhan dan pengembalian barang
dari konsumen, atau biaya untuk memperbaikinya menjadi sangat besar, di samping
juga akan memperoleh citra yang buruk.[11]
Kaitannya dengan itu, maka ada
standar-standar mutu yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan mutu
suatu produk barang atau jasasalah satunya adalah model menajemen mutu The
Deming Prize. Di Jepang, beberapa perusahaan terkemuka mempunyai obsesi
untuk memenangkan Hadiah Deming (Deming Prize). Dengan gambaran bahwa
perusahaan yang memenangkan penghargaan ini berarti perusahaan tersebut
memiliki kualitas yang benar-benar baik. Penghargaan mutu nasional Jepang
tersebut diluncurkan pada tahun 1951.[12] Peluncuran ini untuk memperingati jasa Dr.
W.E. Deming terhadap kendali mutu Jepang, memperoleh dana dari hak cipta
penerbitan transkipsi ceramah Dr. Deming yang telah dibuatnya untuk JUSE (Union
of Japanese Scientist and Engineers).[13]
Hadiah Deming ini dibagi ke dalam dua
kategori, yaitu bagi perseorangan yang berjasa terhadap kendali mutu dan metode
statistic[14] Jepang, dan yang diberikan kepada
industri. Hadiah yang kedua ini mempunyai kategori tambahan dalam beberapa
bidang, diantaranya: Deming Application Prize bagi divisi-divisi, Deming
Application Prize bagi perusahaan kecil, dan Quality Control Award untuk pabrik
yang diberikan oleh Komite Hadiah Deming.
Memenangkan hadiah deming, sebagai usaha untuk
menguasai total quality control, telah menjadi obsesi dari beberapa perusahaan
terkemuka di Jepang. Ada beberapa kategori penghargaan, diantaranya kategori
divisi, pabrik, perusahaan besar, menengah dan kecil. Di samping itu, ada juga
Hadiah Deming yang diberikan kepada individu yang telah memberikan kontribusi
penting terhadap teori statistik.[15]
D. Kriteria dan Tahapan Deming Prize
Untuk mendapatkan penghargaan ini,
perusahaan-perusahaan dituntut untuk memenuhi kriteria-kriteria yang menjadi
syarat layak atau tidaknya suatu perusahaan untuk memperoleh penghargaan ini.
Kriteria yang diajukan untuk memperoleh penghargaan ini sangat ketat dan mereka
pernah mendapatkan kritik pada beberapa bagian yang terlalu kaku dalam
pendekatan terhadap mutu.
Agar memenuhi syarat bagi deming Application
Prize ini, manajemen puncak suatu perusahaan harus mendaftarkan diri
terlebih dahulu. Kemudian dari akhir Juli sampai akhir September setiap tahun,
sejumlah besar ahli kendali mutu dari subkomite Application Prize akan dikirimkan
ke perusahaan untuk mengunjungi setiap pabriknya, kantor cabang dan kantor
pusat perusahaan. Ahli-ahli inilah yang menguji, mengaudit keadaan pengendalian
mutu terpadu perusahaan saat itu, mencurahkan perhatian khusus pada kendali
mutu statistiknya yang kemudian menentukan tingkatan.[16]
Adapun daftar pemeriksaan yang digunakan
pada Deming Application Prize ini adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan dan sasaran, yaitu meliputi :
(1) Kebijakan mengenai manajemen, mutu dan kendali
mutu
(2) Metode dalam menentukan kebijakan dan sasaran
(3) Kelayakan dan konsistensi isi sasaran
(4) Pemanfaatan metode statistik
(5) Penyebaran dan penyerapan sasaran
(6) Pemeriksaan sasaran dan pelaksanaannya
(7) Hubungan antara rencana jangka panjang dan rencana
jangka pendek
b. Organisasi
dan operasinya, yaitu meliputi
(1) Garis tanggung jawab yang jelas
(2) Kelayakan pendelegasian wewenang
(3) Kerjasama di antara divisi-divisi
(4) Kegiatan-kegiatan komite
(5) Pemanfaatan staf
(6) Pemanfaatan kegiatan gugus kendali mutu (kelompok
kecil)
(7) Audit kendali mutu.
c.Pendidikan dan penyebarannya, yaitu meliputi:
(1) Rencana pendidikan dan pelaksanaannya sebenarnya
(2) Kesadaran tentang mutu dan pengendalian, pemahaman
terhadap kendali mutu
(3)Pendidikan mengenai konsep-konsep dan
metode-metode statistik dan penyerapannya;
(4) Kemampuan
untuk memahami pengaruhnya
(5) Pendidikan bagi subkontraktor dan organisasi luar
(6) Kegiatan gugus kendali mutu
(7) Sistem Pengajuan sasaran.
d.Pengumpulan dan penyebaran informasi serta pemanfataannya,
yaitu meliputi:
(1) Pengumpulan informasi dari luar
(2) Penyebaran informasi di antara divisi-divisi
(3) Kecepatan penyebaran informasi yang berbasis
computer
(4) Analisis (statistik) terhadap informasi dan
pemanfaatannya
e. Analisis, yaitu meliputi:
(1) Pemilihan masalah dan tema yang penting
(2) Kelayakan metode analitik
(3) Pemanfaatan metode statistic
(4) Pengikatan dengan teknologi rekayasa sendiri
(5) Analisis mutu dan analisis proses
(6) Pemanfaatan hasil analisis
(7) Sumbangan saran-saran bagi perbaikan
f. Standarisasi, yaitu meluputi:
(1) Sistem standar
(2) Metode penetapan, perbaikan, dan pembatalan
standar
(3) Catatan sebenarnya tentang penetapan, perbaikan,
dan pembatalan standar
(4) Isi standar
(5) Pemanfaatan metode statistic
(6) Akumulasi teknologi
(7) Pemanfaatan standar.
g. Pengendalian, yaitu meliputi:
(1) Sistem pengendalian bagi mutu dan
bidang-bidang yang berhubungan, seperti biayadan kuantitas
(2) Titik
pengendalian dan bahan pengendalian
(3) Pemnafaatan metode statistik, seperti
diagram pengendalian dan penerimaan umum cara berpikir menurut statistic
(4)
Sumbangan kagiatan gugus kendali mutu
(5) Kondisi pengendalian kegiatan yang sebenarnya
(6) Kondisi sitem pengendalian yang sebenarnya.
h. Jaminan mutu, yaitu meliputi:
(1) Prosedur pengembangan produk baru
(2) Pengembangan mutu (rincian fungsi mutu)
dan analisisnya, keandalan, dan peninjauan kembali desain
(3) Keselamatan dan pencegahan kelemahan
produk
(4) Pengendalian proses dan perbaikan
(5) Kemampuan proses;
(6) Pengukuran dan pemeriksaan
(7) Pengendalian fasilitas/perlengkapan,
pembuatan subkontrak, pembelian, pelayanan, dan sebagainya
(8) Sistem jamina mutu dan auditnya
(9) Pemanfaatan metode statistic
(10) Kondisi praktis jaminan mutu.
i. Pengaruh, yaitu meliputi:
(1) Mengukur pengaruh
(2) Pengaruh yang tampak, seperti mutu,
kemampuan pelayanan, tanggal penyerahan, biaya, laba, keselamatan, lingkungan,
dan sebagainya
(3) Pengaruh yang tidak tampak
(4) Kecocokan antara ramalan tentang
pengaruh dan catatan yang sebenarnya.
j. Rencana masa depan, yaitu meliputi:
(1) Pemahaman keadaan saat ini dan kenyataannya
(2) Kebijakan yang dipakai untuk mengatasi kekurangan
(3) Rencana promosi bagi masa depan
E.
Kesimpulan
1.
Penghargaan
Deming (Deming Prize) adalah penghargaan yang diberikan kepada
perusahaan-perusahaan di Jepang terkait dengan mutu/kualitas. Pertama kali
diluncurkan pada tahun 1951. Peluncuran ini untuk memperingati jasa Dr. W.E.
Deming terhadap kendali mutu Jepang, memperoleh dana dari hak cipta penerbitan
transkipsi ceramah Dr. Deming yang telah dibuatnya untuk JUSE (Union of
Japanese Scientist and Engineers). Penghargaan ini terbagi menjadi dua
kategori, yaitu: untuk perorangan dan juga untuk industry atau perusahaan.
2.
Untuk
memperoleh penghargaan ini, perusahaan harus mendaftarkan diri ke komite Deming
Prize, yang kemudian perusahaan ini akan dinilai dengan beberapa kriteria
penialaian sebagai berikut: a) kebijakan dan sasaran; b) organisasi dan operasinya;
c) pendidikan dan penyebarannya; d) pengumpulan dan penyebaran informasi serta
pemanfataannya; e) analisis; f) standarisasi; g) pengendalian, h) jaminan mutu;
i) pengaruh; dan j) rencana masa depan.
[1]M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hlm. 16.
[3]Lihat The U.S. Departement of Defense dalam
Vincent Gaspersz, Total Quality Management, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005), hlm. 6.
[4]Edward Sallis, Total Quality Managemen In
Education: Manajemen Mutu Pendidikan, Terj. Ahmad Ali Riyadi dan
Fahrurrozi, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2015), hlm. 97
[9]Soewarso Hardjosoedarmo, Bacaan Terpilih tentang
Total Quality Management, cet. III, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm. 104.
[11]Suyadi Prawirosentono, Filosofi Baru tentang
Manajemen Mutu Terpadu; Total Quality Mangement Abad 21 Studi Kasus dan
Analisis, cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 3
[14]Analisis statistik di bidang pengendalian mutu ini
dikenal sejak tahun 1924, dan dikemukakan oleh Dr. Wolter Shewhart dari
perusahaan Bell Telephone Laboratories. Pemikiran dari Dr. Shewhart ini
diterbitkan dalam buku berjudul Economic Control of Quality of manufactured
Product yang merupakan konsep dasar dari pengendalian mutu suatu barang di
perusahaan manufaktur. Dasarnya adalah untuk mengetahui produk yang dapat
diterima (accepted) atau produk yang ditolak karena rusak. Tujuannya
adalah agar produk yang rusak tidak dijual kepada konsumen, tetapi harus
dimusnahkan. Lihat Suyadi Prawirosentono, Suyadi Prawirosentono, Filosofi
Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu; Total Quality Mangement Abad 21 Studi
Kasus dan Analisis,., hlm. 83.
[17]Lihat dan bandingkan dengan pernyataannya Edward
Sallis, Total Quality Managemen In Education: Manajemen Mutu Pendidikan,
hlm. 143.
bagus banget...izin share yaa
ReplyDelete